Senin 28 Mar 2016 15:28 WIB

Bali Perketat Biosekuriti Unggas

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Pedagang Unggas membersihkan ayam sebelum menjual ke pasar, di kawasan Jakarta Timur, Jumat (11/1).
Foto: dokrep
Pedagang Unggas membersihkan ayam sebelum menjual ke pasar, di kawasan Jakarta Timur, Jumat (11/1).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Dinas Peternakan Provinsi Bali memperketat penerapan biosekuriti peternakan dan distribusi unggas di Pulau Dewata.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko dan konsekuensi dari masuknya penyakit infeksius terhadap unggas maupun manusia, seperti flu burung di berbagai wilayah di Bali.

"Kami lakukan pengetatan biosekuriti unggas, juga sosialisasi kepada masyarakat," kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali, I Putu Sumantra kepada Republika, Senin (28/3).

Sumantra mengatakan sejak penemuan kasus unggas mati mendadak di Banyuwangi, Jawa Timur, Bali langsung melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan di Jawa Timur.

Dinas Peternakan di level kabupaten dan kota kemudian diinstruksikan untuk melakukan pengawasan di tempat-tempat berisiko tinggi.

Biosekuriti unggas juga dilakukan melalui pengawasan oleh Balai Karantina Hewan dibantu polisi perairan di pintu-pintu lalu lintas perdagangan di Bali, yaitu Pelabuhan Gilimanuk dan Padang Bai. Pihak kabupaten menindaklanjutinya ke pasar-pasar di level kecamatan.

Sejauh ini Sumantra mengatakan belum ada penemuan kasus flu burung atau unggas mati mendadak di Bali. Kapasitas ayam potong di Bali rata-rata enam juta ekor per bulan. Penyebaran ayam potong di Bali terpusat diempat kabupaten, yaitu Klungkung, Bangli, Karangasem, dan Badung.

Kabupaten Badung mengantisipasi risiko penularan virus H5N1 ini melalui vaksinasi dan penyemprotan gratis. Kepala Dinas Peternakan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Badung, I Made Badra mengatakan virus ini juga bisa dibawa oleh wisatawan domestik atau mancanegara yang datang ke Bali.

"Kami minta Balai Karantina Hewan memperketat pengawasan. Kami juga melakukan penyuluhan kepada warga Badung untuk pencegahan, seperti vaksinasi dan penyemprotan kandang," katanya.

Badung mencatat ada 1,8 juta ekor unggas diperdagangkan sepanjang 2015. Kebutuhan ayam potong itu terutama untuk memasok hotel-hotel dan restoran di wilayah Bali Selatan.

Badung memiliki Rumah Potong Unggas (RPU) cukup besar di Penarungan Mengwi dengan kapasitas pemotongan mencapai tiga ribu ekor per hari.

Kabupaten terkaya di Bali ini masih memasok hampir separuh kebutuhan ayam potongnya dari wilayah Pulau Jawa, seperti Jawa Timur. Badra juga mengimbau pedagang untuk tidak menjual unggas yang sakit. Faktor kebersihan juga perlu diperhatikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement