Sabtu 26 Mar 2016 19:59 WIB

Pengamat: Ahok tak Bisa Abaikan Kekuatan Jaringan Parpol

Rep: Lintar Satria/ Red: Bayu Hermawan
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- NasDem dan Partai Hanura telah menyatakan mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) kembali maju sebagai bakal calon gubernur di Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang. Setelah mendapatkan dukungan dari dua Parpol itu, Ahok pun menyatakan tidak mungkin meniadakan Partai Politik.

Direktur Kajian Politik Center for Indonesian National Policy Studies (CINAPS), Guspiabri Sumowigeno menilai Ahok memang tidak bisa sepenuhnya bergantung dengan relawan. Menurutnya medan politik Indonesia saat ini memang masih sulit bagi calon kandidat perorangan.

"Saya tidak tahu Pak Ahok akhirnya seperti apa, tapi dia tetap tidak bisa mengabaikan kekuatan jaringan partai politik," katanya, Sabtu (26/3).

Guspiabri mengatakan melihat ekonomi nasional yang  tersentralisasi pada kelompok bisnis tertentu, tentu sangat sulit untuk sepenuhnya independen. Terlebih  dari mereka yang duduk menentukan kebijakan politik-ekonomi yang memang berasal dari kalangan partai.

(Baca: Ahok: Meniadakan Parpol Ibarat Hidup Tanpa Oksigen)

Menurut Guspiabri, Ahok akan tetap berada di jalur perseorangan. Namun melihat fakta politik semakin banyak partai yang mendukungnya Ahok akan sadar kelompok pendukungnya yang paling kuat berasal dari partai politik.

"Bukan dari jumlah ya, tapi dari jaringan dan pendanaan," katanya.

Ketika partai politik yang mendukung Ahok, lanjutnya, ikut membantu mengumpulkan KTP maka Teman Ahok bisa disebut hanya mengumpulkan sebagian KTP.

"Ya nanti jadinya tidak bisa diklaim kerja Teman Ahok, unsur partai politiknya ada," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement