Jumat 25 Mar 2016 15:02 WIB

Pengobatan Penyakit tidak Menular Telan Ribuan Triliun

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Achmad Syalaby
Pasien penderita stroke saat dirawat di sebuah rumah sakit.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra/ca
Pasien penderita stroke saat dirawat di sebuah rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, hipertensi, dan diabetes, mendominasi daftar 10 penyebab kematian utama di Indonesia.  Setiap tahun persentasenya pun selalu meningkat. Pengobatan untuk penyakit ini menelan biaya kesehatan hingga ribuan triliun per tahun.

Bukan hanya pembiayaan pribadi, Jaminan Kesehatan Nasional juga terdampak kondisi tersebut. Akibatnya beban kesehatan yang dibiayai negara semakin berat. Pakar kesehatan Yodi Mahendradhata menuturkan, jika angka prevalensi PTM tidak bisa dikendalikan, penyakit ini dapat menimbulkan beban ekonomi yang lebih besar di waktu mendatang.

"Peningkatan prevalensi PTM salah satunya diebabkan oleh konsumsi produk-produk yang tidak sehat seperti rokok, minuman beralkohol, serta makanan dan minuman kemasan atau siap saji yang mengandung kalori dalam jumlah yang tinggi," ujar dosen Fakultas Kedokteran UGM itu, kemarin.

Komoditas-komoditas ini, menurutnya, banyak dikonsumsi karena produsen berhasil memanfaatkan teknologi digital untuk membangun citra produk mereka dengan baik. Sehingga masyarakat mengonsumsi produk tersebut tanpa benar-benar menyadari bahaya yang dapat ditimbulkan bagi kesehatan.

“Di sini kita melihat ada konflik antara kepentingan untuk menjaga kesehatan masyarakat dengan kepentingan industri yang berfokus pada profit," ujarnya. Karena itu, Yodi menuturkan, perlu adanya gerakan untuk melawan kondisi tersebut secara digital. Di antaranya dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana mempromosikan pencegahan penyakit tidak menular.

Potensi dari teknologi digital, menurut Yodi, dapat dilihat dalam tujuh fungsi.  Antara lain untuk menciptakan kesadaran masyarakat, membentuk opini publik, mengangkat prevensi PTM sebagai isu prioritas di ruang publik, mengonsolidasi komunitas-komunitas aktivisme, merencanakan aksi kampanye yang terdesentralisasi, memobilisasi aksi, serta mengambil tindakan melalui petisi, donasi, atau tindakan nyata lainnya.

PTM sendiri merupakan jenis penyakit yang banyak menyerang orang di usia produktif dengan gaya hidup tidak sehat. Faktor risiko penyakit ini di antaranya karena kebiasaan merokok, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi sayur dan buah, konsumsi minuman beralkohol, serta obesitas sentral.

Mengingat urgensi pengendalian PTM, kementerian kesehatan menjadikan penyakit ini sebagai salah satu prioritas untuk ditangani. “Hal ini sudah tercantum dalam arah pembangunan kesehatan untuk tahun 2005 sampai 2024 yaitu dengan strategi preventif dan promotif,” ujar Staf Subdit Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Punto Dewo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement