REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarta Wijaya mengatakan saat ini deparpolasisasi telah terjadi secara psikologis, dan pelakunya adalah parpol itu sendiri.
Menurutnya, deparpolisasi terjadi saat warga merasa jauh dengan partainya, tidak mau diidentifikasi dengan partai tertentu, dan tidak adanya kaderisasi yang berkualitas. Deparpolisasi terjadi karena tingkat kepercayaan dan kepuasan publik semakin rendah terhadap parpol
Terkait isu deparpolisasi kaitannya dengan calon independen dalam pilkada, Yunarta menjelaskan bahwa peraturan yang memperbolehkan seseorang maju secara independen sebagai deparpolisasi. Menurutnya deparpolisasi terjadi karena partai tidak dapat melakukan fungsinya.
"Tidak ada bukti deparpolisasi muncul dari aturan yang memperbolehkan calon independen. Deparpolisasi terjadi karena partai tidak melakukan fungsinya."
Dijelaskan lebih lanjut hal itu mengarah pada bagaimana Anda melakukan pendidikan politik ketika publik tidak percaya dengan.
"Deparpolisasi betul terjadi secara masif, yang melakukan adalah partai itu sendiri. Kegagalan menjalankan fungsi partai, adanya sikap menyalahkan calon independen yang maju tanpa melalui parpol itu menunjukkan belum ada kemauan dari parpol untuk memutus rantai deparpoliasasi tersebut," tegasnya.