Kamis 24 Mar 2016 07:18 WIB

Agar Mampu Bersaing, Taksi Konvensional Harus Buat Aplikasi

Rep: c21/ Red: Karta Raharja Ucu
Pengemudi ojek online menjadi korban tindakan anarkis sopir taksi di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (22/3). (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Pengemudi ojek online menjadi korban tindakan anarkis sopir taksi di kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (22/3). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Taksi konvensional diharapkan membuat aplikasi berbasis daring guna mengurangi gesekan dengan transportasi berbasis online. Jika tidak, pemerintah dan pengusaha transportasi daring wajib membantu agar persaingan usaha menjadi lebih sehat.

"Kalau ditutup tidak mungkinlah, kita melarang mereka," kata pengamat transportasi, Azas Tigor Nainggolan saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (23/3).

Menurut dia, taksi konvensional cenderung lebih mahal. Apalagi beberapa kali sering terjadi aksi kriminal di dalam taksi konvensional. Kesulitan bertambah lantaran mengorder taksi konvensional lebih sulit ketimbang taksi daring.

Ditanya soal regulasi, menurut Azas, seharusnya taksi daring didukung dan dibantu agar tidak melanggar hukum. Pemerintah juga diharapkan memfasilitasi.

"Pemerintah harus berantas pungli (taksi konvensional), ngurus izin trayek, dan jangan diperes terus pengusaha itu," kata dia.

Ia menyarankan agar pemilik taksi konvensional berbenah diri untuk memperbaiki pelayanannya. Sehingga empat unsur transportasi yaitu aman, nyaman, mudah diakses dan terjangkau dapat terwujud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement