REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Unjuk rasa angkutan umum menolak angkutan berbasis daring (online) berjalan rusuh. Pemecahan kaca, perusakan mobil, pelemparan batu, semua itu mengakibatkan jalanan macet serta angkutan Transjakarta penuh dan sesak.
Pantauan Republika.co.id, Selasa (22/3), Transjakarta dari Ragunan menolak untuk mengantar penumpang menuju Dukuh Atas dan Senayan. Alasannya, karena banyak masa demo di kawasan Senayan tersebut.
Para penumpang pun menumpuk di Halte Kuningan Timur karena mobil Transjakarta hanya beberapa yang bersedia menuju kawasan Senayan ataupun Monas. Penumpang di Halte Kuningan Barat pun tak kalah menumpuk karena bus Transjakarta arah Grogol ataupun Slipi tak kunjung datang.
Hampir 40 menit Transjakarta yang ditunggu tiba, tapi telah penuh oleh penumpang. Beberapa penumpang merangsek masuk hingga Transjakarta penuh dan sesak.
Penumpang di dalam Transjakarta bernomor polisi B 7255 bahkan tak bisa bergerak. AC di dalam juga seakan tak berfungsi karena penumpang tetap mengeluarkan keringat saking penuhnya.
Seorang penumpang perempuan sekitar 23 tahun dan seorang ibu sekitar umur 45 tahun beradu mulut. Keduanya mengaku terjepit dan mengalami sesak di dalam mobil.
Penumpang yang berdiri harusnya terdiri atas dua baris, kini menjadi tiga baris. Remaja yang berdiri itu meminta supaya ibu tersebut mundur karena ia ingin duduk lesehan di bawah karena mengaku sudah tidak kuat berdiri. Wanita 45 tahun mengaku sudah tidak bisa mundur karena penuh. Keduanya pun cekcok.
Sedangkan, Transjakarta terasa sangat lamban berjalan, cenderung tidak bergerak sepanjang Jalan Gatot Subroto. Sedikit jalan, tapi kemudian berhenti lama.
Percekcokan dua orang itu belum juga selesai, sampai kemudian bus harus berhenti karena seorang remaja putri pingsan. Remaja yang menggunakan jaket jins biru muda itu pingsan menimpa wartawan Republika.co.id di belakangnya. "Pak ada yang pingsan!" ujarnya