REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sleman menggandeng Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) setempat untuk menghilangkan citra negatif dunia pariwisata.
Pasalnya selama ini dunia pariwisata seringkali diidentikkan dengan hal-hal negatif. Saat ini pun Disbudpar telah meminta BNNK untuk melaksanakan tes urine kepada 53 calon dimas diajeng.
Menurut Kepala Disbudpar Sleman AA Ayu Laksmidewi, hal ini penting dilakukan, sebab Dimas Diajeng merupakan remaja pilihan yang akan menjadi teladan bagi anak muda Sleman.
Namun begitu ke depannya, kerjasama Disbudpar dan BNN tidak hanya berupa tes urine. Melainkan termasuk pembinaan kepada para pelaku usaha agar mereka menghindari peredaran narkoba.
"Nanti kami akan kumpulkan pelaku usaha untuk pembinaan dan edukasi narkoba," ujar Ayu saat ditemui di sela-sela pengecekan urine, Senin (21/3).
Adapun tes urine terhadap Dimas Diajeng dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dulu. Kegiatan tersebut juga baru dilakukan tahun ini.
"Tesnya juga dadakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada peserta. Sebelumnya mereka kami undang dengan alasan harus melengkapi berkas," papar Ayu.
Ia menjelaskan, sebagai ikon pemuda di Sleman, dimas diajeng harus bisa menjadi teladan. Sebab kedepan, mereka harus dapat menjadi duta pemeberantasan narkoba. Ditambah Sleman merupakan salah satu kawasan pendidikan yang dihuni oleh banyak pelajar dan mahasiswa.
Sementara itu berdasarkan pelaksanaan tes urine terdapat seorang peserta positif benzodiazepine. Namun calon diajeng tersebut mengaku mengonsumi obat sakit tenggerokan yang didapat dari dokter semalam sebelum tes urine.
Karena kondisi itu, petugas meminta yang bersangkutan menunjukkan resep dan obat yang dikonsumsi.
Sementara itu Kepala BNNK Sleman, Kuntadi mengatakan akan melakukan assessment lanjutan bila ada peserta yang terindikasi mengonsumsi obat-obatan terlarang.
"Kami akan melihat apakah mereka ini hanya pemakai, pecandu atau sudah masuk kedalam jaringan peredar," ujarnya.
Kuntadi mengemukakan, selain kerja sama cek urine Dimas Diajeng, ke depannya BNNK bersama Disbudpar akan melakukan pembinaan terhadap kos-kosan.
Pasalnya kosan menjadi sasaran rawan peredaran narkoba. Menurutnya, saat ini ada beberapa wilayah rawan peredaran narkoba. Di antaranya Depok, Gamping, Mlati, Ngaglik, dan Kalasan.
"Ini bukan berarti daerah lain tak rawan. Ya sama rawan karena sekarang prevalensi pengguna narkoba di Sleman sudah sebesar 2,37 persen," papar Kuntadi.
Jika penduduk Sleman berjumlah 1,1 juta orang, ditambah pendatang 100 sampai 200 ribu, maka pengguna narkoba diprediksi sebanyak 30 ribu orang.