Ahad 20 Mar 2016 11:15 WIB

Penderita AIDS di Daerah Melonjak

Rep: edy setiyoko/ Red: Muhammad Subarkah
 Sejumlah elemen masyarakat melakukan aksi kampanye anti-HIV&Aids; (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sejumlah elemen masyarakat melakukan aksi kampanye anti-HIV&Aids; (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Penyebaran HIV/AIDS di Kabupaten Sragen, Jateng, memprihatinkan. Jumlah penderita virus penyebab hilangnya kekebalan tubuh terus meningkat tajam. Ini akibat penularan melalui jarum suntik narkoba, dan hubungan seksual berganti-ganti pasangan.

''Perkembangan penyebaran HIV/AIDS sangat memprihatinkan. Penderita semakin banyak, termasuk kalangan ibu-ibu rumah tangga,'' kata Iin Dwi Yuliarti, Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, Jum'at (18/3).

Menurut Iin, berdasar data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Jawa Tengah, penderita AIDS di Jateng sampai September 2015 tertinggi dibanding provinsi lain, 97 kasus dan penderita HIV 38 kasus. Berdasarkan data tersebut juga diketahui, jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Sragen mengalami lonjakan signifikan.

Penyebaran virus HIV melalui tiga cairan, darah, cairan kelamin dan Air Susu Ibu (ASI). DKK berharap dilakukan sosialisasi terus menerus, agar jumlah penderita HIV/AIDS  dapat ditekan.

DKK Sragen sendiri, juga tengah mengembangkan sebuah obat herbal bekerjasama dengan sejumlah pihak di Balai Penelitian Tanaman Obat di Tawangmangu. Obat tersebut untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Dalam pengembangan obat, ada enam dokter yang dilibatkan. Sekarang dicoba membuat obat herbal alami yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh pasien.

Komisi Pemberantasan HIV/AIDS (KPA) Klaten gencar mensosialisasi pencegahan dan pemahaman HIV/AIDS. Namun demikian, minimnya kesadaran masyarakat terkait bahaya HIV/ AIDS masih menjadi kendala. Bahkan, ada yang malu hanya sekaedar untuk mengikuti sosialisasi. ''Mungkin karena pandangan negatif dari masyarakat,'' kata Kuswandjono, Sekretaris KPA Klaten.

Rendahnya kesadaran masyarakat, menurut Kuswandjono, dapat dilihat dari minim keterlibatan masyarakat dalam wadah Warga Peduli AIDS (WPA). Dari 26 kecamatan yang ada di sini, hanya 10 kecamatan yang membentuk WPA. Itupun, setiap kecamatan hanya diwakili dua hingga tiga desa saja. Nah, kami ingin mendorong aparatur pemerintahan juga ikut aktif mensosialisasi bahaya HIV/AIDS. Namun, minim kesadaran  menjadi kendala.

Berdasarkan catatan KPA, jumlah penderita HIV/ AIDS di Klaten setiap tahun mengalami peningkatan 10 persen. Sejak 2007 hingga 2015 jumlah penderita HIV/ AIDS mencapai 367 orang. Adapun yang meninggal dunia 42 orang. Data ini berdasar jumlah masyarakat yang melakukan tes darah rumah sakit, atau saat melakukan donor darah PMI. Apabila KPA bisa melakukan tes darah sendiri kepada masyarakat, mungkin temuan jumlah penderita AIDS lebih banyak lagi.

Pengidap penyakit HIV/AIDS di eks karesidenan Surakarta mencapai 1.680 orang. Dari angka tersebut, sekitar 400 orang diantaranya adalah golongan ibu rumah tangga. ''Banyak ibu terjangkit HIV/AIDS, sebagian lantaran terjangkit suaminya,'' ujar Harsojo Supodo, Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kota Solo.

Sebelumnya, memang banyak didominasi pekerja seks komersial (PSK). Tetapi, sekitar dua tiga tahun belakangan ini bergeser dari katagori PSK kepada ibu rumah tangga. Penularan terjadi, lantaran suami yang suka 'jajan', dan kemudian tertular virus HIV. Oleh suami, kemudian menular ke istrinya. Sedang istrinya tidak mengetahui kalau suami sudah terjangkit.

''Itulah kenapa, angka penderita HIV/AIDS untuk ibu rumah tangga meningkat pesat beberapa tahun belakangan ini,''  ujar Harsojo setengah bertanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement