REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Tepat pukul 20.30 WIB, seluruh lampu di Balai Kota Bogor, Jawa Barat dipadamkan, 100 obor berbahan bakar biodiesel menandai berlangsungnya Kampanye hemat energi dan penyelamatan Earth Hour, Sabtu (19/3) malam.
Obor biodisel menjadi satu-satunya penerang saat Balai Kota gelap gulita. Obor tersebut disusun sedemikian rupa menampilkan huruf 60 plus yang menjadi simbol dari kampanye Earth Hour yakni gerakan mematikan lampu selama satu jam (60 menit).
"Sudah memasuki tahun ke lima penyelenggaraan Earth Hour di Kota Bogor. Setiap tahunnya kami menggunakan obor biodisel ini sebagai ikon dari kampanye ini," mata Aruprayogi selaku Ketua Panitia Pelaksana Earth Hour Bogor Gelap.
Ia mengatakan perlu waktu dua hari untuk menyiapkan obor biodisel yang dipergunakan saat kampanye hemat listrik dilakukan. Bahan bakar biodisel berasal dari campuran minyak jelantah yang dikembangkan oleh BPLH Kota Bogor.
"Kami dapat suplai biodisel dari BPLH, jadi obor ini ramah lingkungan tidak menggunakan bahan bakar fosil," katanya.
Keberadaan obor biodisel bertuliskan Earth Hour menjadi ajang selfie para peserta yang hadir memeriahkan kampanye Earth Hour tersebut. Sekitar 500 orang memadati Balai Kota yang menjadi pusat pelaksanaan kampanye hemat energi dan penyelamatan lingkungan.
Selain Balai Kota, kampanye mematikan lampu selama satu jam dari pukul 20.30 WIB sampai 21.30 jumlah dilakukan oleh Hotel Salak yang berada di samping Balai Kota Bogor.
Menurut Aru, ada 40 partisipan yang ikut dalam kampanye Earth Hour, terdiri atas kantor pemerintahan, hotel, restoran, perkantoran swasta seperti perbankan, dan sejumlah ikon di Kota Bogor.
"Tahun ini sejumlah ikon Kota Bogor juga ikut Earth Hour, Tugu Kujang padam, Taman Ekspresi, Taman Bogor, Taman Kencana, Taman Heulang, lampu di Jembatan Warna-wani, lampu di Jembatan merah," katanya.
Kampanye Earth Hour tingkat Kota Bogor diisi dengan berbagai kegiatan, mulai dari pertunjukan seni musik, atraksi parkur, tempat untuk berselfie, dan masih banyak lainnya.