Sabtu 19 Mar 2016 13:28 WIB

Kepala Daerah PDI Perjuangan Diminta Perhatikan Budaya

Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto saat memberikan keterangan pers terkait perkembangan rapat kerja nasional (Rakernas) I PDI Perjuangan, di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Senin (11/1).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Sekjen Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto saat memberikan keterangan pers terkait perkembangan rapat kerja nasional (Rakernas) I PDI Perjuangan, di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta, Senin (11/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Derasnya terpaan globalisasi dan liberalisme membuat budaya lokal berada dalam ancaman. PDI Perjuangan yang memperjuangkan agar ‎Indonesia memiliko kepribadian dalam kebudayaaan mengingatkan kepala daerah untuk memberikan perhatian masalah itu.

Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto‎ mengingatkan, berpolitik tidak‎ hanya kekuasaan, tapi juga soal kebudayaan. Sehingga pendekatan budaya menjadi penting untuk diperjuangkan. "‎Kebijakan DPP PDIP meminta kepala daerah memperhatikan dan mengembangkan adat," ujarnya saat berdialog dengan Ketua Umum Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Al Azhar di Balai Adat Melayu, Pekanbaru, Sabtu (19/3).

Dalam siaran pers, Hasto menceritakan PDI Perjuangan sedang mengumpulkan u‎ngkapan bijak dari seluruh Nusantara, termasuk peribahasa Melayu. Kompilasi peribahasa atau ungkapan bijak itu nanti akan diterbitkan dalam bentuk buku.

"Dengan silaturahim, ini sejalan agar budaya menjadi benteng dari liberalisasi yang luar biasa. Modernisasi seharusnya tidak menjadikan Riau kehilangan nilai budaya," jelas Hasto.

Sebagai bagian dari menjaga spirit kebudayaan, Hasto menjelaskan, PDI Perjuangan pada awal April, akan menggelar sekolah kebudayaan. Kerja sama PDIP dengan Padepokan Bagong Kusudiarjo dan Luluk Sumiarso, itu diikuti dua orang dari masing-masing provinsi.

Ketua Umum LAMRAl Azhar mengapresiasi kehadiran sekjen PDIP tersebut yang secara resmi berkunjun ke Balai Adat Melayu. "Ini ‎kali pertama sebuah partai bersilaturahim dengan Balai Adat Melayu. Memang banyak pengurus partai yang pernah hadir di sini, tapi atas nama pribadinya," katanya

Al Azhar memaparkan, Lembaga Adat Melayu Riau didirikan pada 6 Juni 1970 oleh sekelompok orang yang merasa prihatin tentang melemahnya adat dan kebudayaan, Padahal kebudayaan itu mencirikan suatu daerah. ‎Namun, dia senang dengan kampanye PDI Perjuangan dan pemerintahan Jokwi yang mengembangkan ajaran Trisakti berkepribadian di bidang kebudayaan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement