REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya meminta masyarakat agar tak khawatir dengan fenomena ekuinoks, yang terjadi dua kali setahun, yakni sekitar 20 Maret dan 22 September.
Menurut Andi, berita maupun broadcast mengenai fenomena ekuinoks agak berlebihan dalam menggambarkan efeknya. Dalam beberapa hari terakhir, broadcast demikian cukup marak diperoleh dan dibaca banyak orang. Broadcast itu juga mengutip berita media Singapura, The Straits Times, " Warmer Days Likely Over Next 2 Weeks: NEA", tertanggal 16 Maret 2016.
"Berita di Straits Times sih fine saja. Tetapi (broadcast) WA yang tersebar terlalu menyangatkan. National Environmental Agency (NEA) Singapura juga sudah membantahnya. Insya Allah, tidak ada (yang perlu dikhawatirkan)," kata Andi Eka Sakya dalam pesan singkatnya, Jumat (18/3).
Dalam broadcast yang diterima Republika, publik diimbau untuk tinggal di dalam rumah, khususnya pada pukul 12 siang hingga sore hari. Suhu bahkan disebut berfluktuasi hingga 40 derajat Celcius dan bisa menyebabkan stroke.
Terhadap hal itu, Kepala BMKG menyatakan masyarakat tak perlu panik dan beraktivitas biasa. Di samping pihak NEA sendiri sudah meralatnya, ekuinoks merupakan fenomena alamiah. Itu dengan saran agar publik tetap menjaga metabolisme tubuh, meski ekuinoks tak terlalu berpengaruh.
Ekuinoks terjadi ketika sumbu planet bumi tidak terinklinasi terhadap matahari. Selama ekuinoks berlangsung, lamanya siang dan malam sama. Fenomena ini lantaran matahari berposisi tepat di atas garis khatulistiwa.