Kamis 17 Mar 2016 15:58 WIB

100 Tahun Sensor Indonesia, LSF Usung Masyarakat Sensor Mandiri

Rep: MG ROL 65/ Red: Hazliansyah
Jumpa pers 100 tahun sensor film di Indonesia
Foto: Republika/MG ROL 65
Jumpa pers 100 tahun sensor film di Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Sensor Film (LSF) siap menyelenggarakan satu acara dalam rangka memperingati 100 Tahun Sensor Film Indonesia.

Bertajuk "Masyarakat Sensor Mandiri Mewujudkan Kepribadian Bangsa", acara yang diisi berbagai diskusi dan workshop ini digelar mulai bulan Maret hingga Oktober 2016.

Rommy Fibri, Juru Bicara LSF mengatakan, dengan tema sensor mandiri diharapkan masyarakat lebih sadar untuk dapat memilih tontonan sesuai kriteria umur.

“Sensor mandiri itu sendiri adalah sebuah kemauan dari diri kita sendiri dalam memilih film yang akan kita tonton. Dalam artian kita bisa memilih sesuai cakupan umur penontonnya,” ujar Rommy dalam jumpa pers, Rabu (16/3) kemarin di Jakarta.

Dengan adanya sensor mandiri menjadi wujud pemberdayaan penonton. Artinya penonton memiliki fungsi tawar-menawar dalam mengonsumsi film-film bermutu. Sehingga sangat dibutuhkan kesadaran dalam menonton film

Selain itu dalam peringatan ini, LSF juga akan memulai paradigma baru terhadap sensor film di Indonesia. Jika dulu sensor banyak memotong adegan yang tidak sesuai, kali ini LSF akan mengutamakan terjadinya proses dialog anatara produsen film jika terdapat film-film yang dianggap menyeleweng.

“Proses dialog dengan para produsen film sebenarnya sudah ada sejak dulu, namun baru sekarang-sekarang ini menjadi lebih intens,” ujar Ketua LSF, Ahmad Yani Basuki,

Dengan adanya event ini diharapkan kualitas perfilman di Indonesia akan semakin bermutu dan memberikan manfaat positif bagi penontonnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement