REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski belum ada kepastian kapan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar akan digelar, namun beberapa tokoh sudah menyatakan diri siap maju sebagai calon Ketua Umum Golkar.
Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengatakan, setidaknya ada dua syarat utama yang harus dimiliki calon Ketum Golkar. Dua syarat ini diyakini dapat menyelamatkan Golkar dari ancaman perpecahan.
"Syarat pertama kredibel. Pemimpin yang kredibel harus dapat dipercaya dan mempunyai kemampuan mengelola partai yang modern," ujar pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing dalam keterangan persnya, Kamis (17/3).
Menurutnya, tokoh yang dapat dipercaya adalah orang ideologis dan yang sesuai perbuatan dengan ucapan, tidak plintat-plintut. Hal itu dapat ditelusuri dari rekam jejak kebijakan dan perilaku politiknya.
Sementara itu, tokoh yang mampu mengelola partai modern adalah sosok yang bisa menghapus politik uang, recall, patronisasi dan mewujudkan demokrasi subtansial di tubuh Golkar ke depan.
Selain itu, calon ketua umum sebaiknya bukanlah orang yang pernah 'divonis' bersalah oleh masyarakat. Misalnya, orang tersebut acapkali melakukan kongkalikong politik yang menggerus kepercayaan publik terhadap partai. Syarat kedua, calon tersebut harus merupakan tokoh perekat.
"Yang paling utama dalam penyelenggaraan munaslub Golkar adalah melahirkan tokoh pemimpin perekat," kata Emrus.
Untuk itu, sejatinya Golkar tidak dipimpin orang yang terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam konflik Golkar selama ini. Selain itu, kata Emrus, sosok itu harus memiliki kemampuan manajemen konflik yang sangat mumpuni dan memiliki keahlian komunikasi persuasi.
Menurutnya, Golkar memiliki kader dengan dua kriteria di atas. Untuk itu, Munaslub harus bisa memunculkan tokoh yang memenuhi kriteria di atas.