REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, Haryadi Wargadibrata menduga banjir di Kabupaten Bandung salah satunya disebabkan Gerhana Matahari Total (GMT) yang terjadi beberapa waktu. Penyebab lainnya adalah tingginya curah hujan beberapa waktu terakhir.
"Curah hujan tinggi dan Gerhana. Saya punya patokan ke sana, gravitasi rendah dan curah hujan tinggi, saya feeling seperti itu," ujarnya kepada wartawan di Gedung Sate, Bandung, Senin (14/3).
Menurutnya, banjir kali ini tidak lebih parah dibandingkan tahun lalu karena hanya terjadi di 5 kecamatan yakni, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Baleendah, Banjaran, Pameumpeuk.
BPBD Jabar, membangun posko utama di GOR Inkanas karena lokasinya yang mudah diakses oleh jalur dari Banjaran, Dayeuhkolot dan Baleendah. Adapun Posko lainnya berada di STT Telkom yang dikoordinir Dinas Sosial Provinsi Jabar serta di Dayeuhkolot.
Berdasarkan pendataan yang dilakukan BPBD Jabar, terdapat 8.041 orang warga yang menjadi korban banjir. Para korban terbagi dalam 3 kelas yakni, pengungsi yang menginap di Posko siang dan malam, pengungsi yang hanya menginap pada siang hari, serta pengungsi yang menginap hanya malam hari.
Heryadi mengakui data yang dimilikinya berbeda dengan data BNPB yang menyebutkan jumlah korban lebih 21.000 orang. Ini terjadi karena pemerintah pusat menghitung seluruh warga terdampak banjir.
"Kami hanya menghitung yang merepotkan dengan ketinggian banjir sepinggang, kalau mereka mungkin menghitung (banjir) yang hanya semata kaki juga," katanya.