REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pakar bahasa Indonesia, Jusuf Sjarif Badudu, meninggal dunia pada Sabtu (12/3) malam. Anak almarhum JS Badudu, Rizal Indraya Badudu, menceritakan sosok yang menggerakkan penggunaan bahasa Indonesia sesuai ejaan yang disempurnakan (EYD) tersebut.
Rizal mengatakan, sejak belia, JS Badudu sudah menjadi pengajar di tanah Sulawesi. Namun, kata Rizal, justru awalnya sosok JS Badudu tidak tertarik sama sekali dengan bahasa Indonesia. Almarhum justru jauh lebih tertarik dengan ilmu pengetahuan alam.
"Beliau minta ditempatkan di Jawa diberikan oleh P&K (Pendidikan dan Kebudayaan) di Bandung dalam bidang bahasa Indonesia yang sebetulnya tidak diinginkannya karena beliau sebenarnya meminta di bidang ilmu pasti alam," ujar Rizal saat ditemui seusai pemakaman di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra, Kota Bandung, Jawa Barat, Ahad (13/3).
Akan tetapi, keinginannya untuk pindah ke Pulau Jawa dan rasa tanggung jawab yang besar untuk mengemban tugas sebagai pengajar bahasa Indonesia justru menjadi titik balik. Saat itu, justru JS Badudu mulai jatuh cinta pada bahasa Indonesia.
Kecintaannya semakin mendalam hingga ia berikrar untuk terus mengembangkan bahasa Indonesia. Selama itu pula, ia menemukan banyak kesalahan penggunaan bahasa Indonesia, bahkan oleh masyarakat Indonesia sendiri.
Hingga akhirnya, ia pun memutuskan untuk terus mencari cara agar bisa mengedukasi masyarakat agar mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
"Dalam pembahasannya, beliau banyak melihat kesalahan di masyarakat, baik media tulisan, media tontotan, dan itu dibahas dalam acara televisi pada 85. Itu yang diusahakan betul agar masyarakat mampu berbahasa indonesia yang baik dan benar," kata dia.
(Baca juga: Jokowi Ungkap Rasa Kehilangan JS Badudu)