Jumat 11 Mar 2016 22:30 WIB

Pemerintah Optimistis Kebakaran Tahun Ini Lebih Terkendali

Utusan khusus Presiden untuk perubahan iklim Rachmat Witoelar (kelima kiri) berfoto bersama Duta Besar Amerika untuk Indonesia Robert Blake Jr (keenam kiri) usai workshop dengan tema desa bebas api yang diadakan di Jakarta, Senin (29/2).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Utusan khusus Presiden untuk perubahan iklim Rachmat Witoelar (kelima kiri) berfoto bersama Duta Besar Amerika untuk Indonesia Robert Blake Jr (keenam kiri) usai workshop dengan tema desa bebas api yang diadakan di Jakarta, Senin (29/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Pemerintah optimistis kondisi di Indonesia tahun ini akan jauh lebih aman dari ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dibandingkan tahun lalu. Hal itu terjadi karena upaya optimal pemerintah dalam mencegah berulangnya karlahut.

Menteri Koordinator Hukum dan Keamananan Luhut B Panjaitan mengatakan,  karhutla berdampak pada semua segi kehidupan masyarakat di Indonesia sehingga perlu diantisipasi agar tidak berulang kembali. Karenanya, pemerintah telah menempuh berbagai upaya untuk mencegah karlahut. Presiden Joko Widodo juga telah menginstruksikan agar TNI dan kepolisian siap siaga terhadap ancaman karhutla.

“Terjadinya kebakaran masih sulit dikontrol, tetapi kondisi saat ini akan lebih baik dari tahun lalu,” kata Luhut saat menjadi pembicara kunci dalam Tropical Forest Alliance (TFA) 2020 General Assembly di Jakarta, Jumat (11/3).

Dia menjelaskan, saat ini berbagai pihak telah berpastisipasi mencegah karhutla. Salah satunya adalah Fire Free Alliance (FFA) yang diinisiasi oleh lima pihak, yaitu oleh APRIL Group, Asian Agri, IDH, Musim Mas, PM Haze, Rumah Pohon, dan Wilmar. "FFA ini ada untuk membantu memastikan pencegahan karhutla," ujar Luhut.

Hari ini, kata Luhut, beberapa pihak dari perusahaan kehutanan dan perkebunan, NGO, dan pihak lainnya mengumumkan formasi FFA, sebuah wadah multi-stakeholder yang secara sukarela membantu memberikan solusi untuk pencegahan karhutla di Indonesia. Anggota FFA telah berkomitmen untuk bekerja sama dan berbagi pengetahuan, informasi, potensi, dan sumber daya untuk menggulirkan inisiatif pencegahan karhutla berdasarkan Program Desa Bebas Api, yang pertama kali digulirkan APRIL Group. Program ini juga memperkuat pengawasan, deteksi, dan pemadalam karhutla.

Mengapa aksi pencegahan karlahut di Indonesia sangat penting? Luhut mengatakan, kebakaran di lahan gambut hanya bisa dipadamkan oleh hujan lebat. Sedangkan upaya-upaya pemdaman akan sangat sulit dan menelan biaya sangat besar. Salah satu upaya pemerintah adalah membangun canal blocking dan terbukti efektif. Karhutla di Indonesia umumnya terjadi selama Juli-Oktober. Kebakaran di RI berkorelasi dengan fenomena El Nino.

“Pemerintah mengingatkan investor untuk melakukan hal yang sama (membangun canal blocking),” tutur Luhut.

Direktur Royal Golden Eagle, holding yang menaungi APRIL Group, Anderson Tanoto menjelaskan, pihaknya menyambut baik pencanangan periode darurat kebakaran oleh Pemerintah Provinsi Riau karena menunjukkan daerah tersebut lebih siap dalam mengantisipasi karhutla.

Menurut Anderson, FFA merupakan upaya merangkul banyak pihak  untuk bersama-sama mencegah karhutla. Sebab, pemadaman jauh lebih mahal dibanding pencegahan. “Kalau saat kemarau kita bersama-sama memadamkan api, tetapi saat musim hujan orang lupa,” kata Anderson.

Program Desa Bebas Api, lanjut Anderson, terbukti efektif mencegah karhutla. Pada 2013, luas kebakaran di sekitar lahan konsesi APRIL mencapai lebih dari 1.000 hektare (ha). Pada 2015, luas karhutla turun menjadi kurang dari 50 ha. Melalui FFA, Program Desa Bebas Asap akan diimplementasikan oleh 60 desa.

“Ini yang memulai APRIL, tetapi ini program (semua) perusahaan. Kami siap bermitra dengan perusahaan lain,” ujar Anderson.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement