Jumat 11 Mar 2016 18:05 WIB

Warkop Dipenuhi ABG Seksi, Warga Curiga Prostitusi

Rep: C18/ Red: Achmad Syalaby
Praktik prostitusi.   (ilustrasi)
Foto: EPA/Ennio Leanza
Praktik prostitusi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Warga Komplek Kavling DKI di Jalan Timbul IV G, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang menjadi lokasi prostitusi anak dibawah umur gerah dengan keberadaan warkop yang diketahui mengeksploitasi anak usia 15-16 tahun. Warga bahkan sempat menegur pemilik warkop diduga prostitusi, Torik Sulistyo (50 tahun).

"Warga resah, karena yang datang kesana anak-anak umur 15-an dengan pakaian seronok," kata warga RT 08 RW 06 Kompek Kavling DKI, Cipedak, Jagakarsa, Jaya pada Jumat (11/3) di Jakarta Selatan.

Dalam bangunan berkedok warkop berbahan triplek dan bercat merah itu, Torik mengeksploitasi wanita setara siswi SMP. Warung Kopi berukuran sekitar 3X6 meter itu memiliki satu kamar yang dijadikan lokasi pristitusi para pria hidung belang.

Jaya mengatakan, tahun-tahun awal warkop tersebut berdiri masih beroperasi normal. Dia menjual kopi, air mineral dan kebutuhan kecil rumah tangga lainnya. Kecurigaan warga berawal dua tahun belakangan saat banyaknya ABG yang mendatangi warkop tersebut.

Siswi-siswi tersebut datang saat sudah berganti pakaian dan langsung dan berkumpul di dalam warkop. Jaya mengatakan, para ABG itu lantas dijemput menggunakan mobil pada malam hari oleh pria tidak dikenal. 

Kecurigaan warga bertambah kuat semenjak dibangunnya posko paguyuban yang dijaga bergiliran oleh warga komplek kavling DKI. Posko yang dibangun enam bulan kebelakang itu mendapati ABG yang keluar masuk warkop tersebut."Sekali nongkrong bisa lima hingga tujuh orang didalam," kata Jaya di posko yang letaknya berjarak sekitar 30 meter dari lokasi wakop milik tersangka.

Jaya mengatakan warkop tersebut sudah beroperasi selama empat tahun. Baru dua tahun belakangan warkop tersebut dipenuhi wanita-wanita ABG.Sementara, Warga RT 08 RW 06 Komplek kavling DKI, Cipedak, Jagakarsa, Anto (59) mengaku sudah menaruh kecurigaan terhadap operasi warkop. Minimnya bukti, Anto menyebut membuat warga kesulitan untuk mengungkap atau menggeledah warkop tersebut.

"Belum ada bukti. Gak bisa gerasak-gerusuk, takut di 'kick' balik," kata Anto.

Selama berada di komplek kavling DKI, Torik tidak pernah bersosialisasi dengan warga. Dia cenderung menutup diri dan menyelubungkan operasi diduga prostitusi berkedok warkop miliknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement