REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pengamat Tata Ruang dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna menilai Kota Bekasi perlu mempertegas fungsi dan peran dalam konteks megapolitan Jabodetabek dan Jawa Barat. Kota Bekasi tidak bisa hanya mengandalkan posisi strategisnya sebagai kota transit dari ibukota.
"Bekasi itu sebetulnya harus punya peran khusus, baik dalam konteks Jabodetabek maupun Jabar. Posisi ini yang harus dipertegas dan diperjelas fungsinya," kata Yayat Supriyatna, di Bekasi, awal pekan ini.
Menurut Yayat, Kota Bekasi sudah sangat metropolitan, bahkan megapolitan dalam konteks bersanding dengan Jakarta. Ia menyampaikan, megapolitan Jabodetabek adalah megapolitan terbesar nomor dua di dunia dengan jumlah penduduk 28 juta jiwa. Bekasi memiliki posisi strategis dalam konteks ini.
Yayat menambahkan, captive market yang paling menjadi tren di Bekasi saat ini adalah sektor properti. Sektor ini sangat dominan dan dapat menjadi daya tarik Bekasi.
Untuk ditambah pada sektor lain, Kota Bekasi perlu menyiapkan tiga sektor, yaitu air, listrik, dan jalan. Apapun yang dilakukan, ketika metropolitan tidak mempunyai pasokan listrik dan air yang cukup, maka tidak akan menarik bagi investor.
Pengamat tata ruang dari Universitas Trisakti ini mengatakan, kompetitor paling dekat dengan Kota Bekasi adalah Tangerang Selatan dan Tangerang. Lokasi Tangerang sangat berdekatan dengan ibukota dan kawasan reklamasi. Tangerang juga memiliki bandara Soekarno Hatta yang sekarang membangun terminal ketiga dengan kapasitas penumpang 10-15 juta.
"Kita punya potensi membangun Bandara Kertajati. Ini menarik," kata dia.
"Kalau misalnya nanti bandara Kertajati jadi dibangun, kemudian ada Halim dan Soekarno Hatta, maka Bekasi ini ingin menjadi transit city atau sekedar dormitory town saja."
Ia menyarankan untuk menetapkan fungsi dan peran Bekasi yang lebih tegas dalam konteks nasional terlebih dahulu. Yayat menerangkan, Bekasi termasuk kawasan strategis nasional. Properti menjadi hal paling menarik karena bentuk-bentuk gedung vertikal akan menjadi masa depan Bekasi. Tapi, investasi akan gagal ketika masyarakat hanya menempatkan Bekasi sebagai kota asrama atau bayang-bayang dari Jakarta.
Atau bahkan, kata Yayat, menjadi semacam dormitory town dari kawasan industri yang ada di Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Cikarang. "Pilihan kita adalah pilihan kontestasi. Apa yang bisa ditawarkan Bekasi untuk menjadi kekuatan terbesar dalam waktu paling pendek," kata Yayat.