Rabu 09 Mar 2016 19:53 WIB

GMT Momentum Bangkitkan Ilmu Astronomi Nasional

Tugu Yogyakarta Nampak berbentuk siluet saat terjandinya gerhana matahari Rabu (9/3).
Foto: Republika/Darmawan
Tugu Yogyakarta Nampak berbentuk siluet saat terjandinya gerhana matahari Rabu (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Komunitas pecinta ilmu astronomi asal Yogyakarta "Jogja Astro Club" mendorong pemerintah memanfaatkan fenomena gerhana matahari total sebagai momentum untuk membangkitkan ilmu astronomi nasional.

"Euforia masyarakat mengamati fenomena alam ini perlu dimanfaatkan sebagai awal dibangkitkannya kembali ilmu tentang astronomi di Indonesia," kata Pembina Jogja Astro Club (JAC) Mutoha Arkanuddin saat dihubungi di Yogyakarta, Rabu (9/3).

Menurut Toha, tingginya animo masyarakat menyaksikan peristiwa langka yang pernah terjadi 33 tahun silam itu menandakan bahwa sebagian besar masyarakat telah memiliki kepedulian terhadap ilmu astronomi. Jauh berbeda dengan gerhana matahari total pada 1983 yang justru disambut dengan ketakutan.

"Ini juga berkat peran media massa yang memiliki kontribusi besar menghubungkan para pakar astronomi dengan masyarakat, sehingga rasa takut atau acuh terhadap fenomena gerhana matahari menghilang," kata dia.

Oleh sebab itu, menurut Mutoha, perubahan cara pandang masyarakat tersebut diharapkan dapat ditangkap oleh para pemangku kepentingan untuk memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan ilmu astronomi. Contoh yang paling kecil, misalnya, menurut dia, adalah dengan membuka mata pelajaran khusus astronomi di sekolah formal mulai SD hingga SMA.

"Ini lucu sekali Indonesia tidak punya mata pelajaran astronomi, paling jauh hanya disisipkan dalam mata pelajaran geografi," kata dia.

Menurut Mutoha, ilmu astronomi memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti untuk kamu muslim penentuan posisi matahari yang menjadi patokan masuk waktu Shalat, penentuan awal bulan Ramadhan atau Syawal, bahkan arah kiblat yang juga dapat ditelusur menggunakan ilmu astronomi.

"Berkat ilmu astronomi jauh-jauh hari kami dapat menghitung hari, jam, bahkan detik akan terjadi gerhana matahari secara tepat," kata dia.

Selain itu, lanjut Mutoha, jumlah observatorium di Indonsia juga perlu ditambah. Hingga saat ini satu-satunya observatorium yang paling representatif, menurut dia, hanya di Observatorium Bosscha Lembang, Kabupaten Bandung Barat. "Karena kemajuan sebuah bangsa juga bisa dilihat dari teknologi luar angkasanya seperti," kata Mutoha Arkanuddin.

Tim dari JAC, menurut Mutoha, pada Rabu pagi telah melakukan pengamatan gerhana matahari di beberapa titik seperti Ternate, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, serta Alun-alun Utara Yogyakarta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement