Rabu 09 Mar 2016 17:38 WIB

Siamang Jadi Bersuara Lebih Keras Saat Gerhana Matahari

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Bilal Ramadhan
Foto montase proses Gerhana Matahari Parsial (sebagian) dari Pantai Firdaus, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu (9/3).
Foto: Antara/Adwit B Pramono
Foto montase proses Gerhana Matahari Parsial (sebagian) dari Pantai Firdaus, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Rabu (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gerhana matahari parsial melintas di langit Jakarta dari pukul 06.19 WIB hingga 08.31 WIB, Rabu (9/3) pagi. Menghadapi fenomena tersebut, sejumlah hewan mamalia dari ordo primata yang berada di Taman Margasatwa Ragunan sempat menunjukkan perubahan perilaku yang unik.

Di antara hewan primata yang menunjukkan reaksinya terhadap gerhana matahari itu adalah siamang. Satwa tersebut mengeluarkan suara khasnya dengan cara yang berisik, seolah saling menyahut satu sama lain.

Menurut beberapa referensi, satwa jenis tersebut biasanya aktif bersuara pada waktu-waktu tertentu saja. Misalnya seperti pada pagi hari saat matahari baru terbit, dan pada sore menjelang matahari terbenam.

“Karena langit berubah agak gelap saat gerhana, naluri siamang secara alamiah meresponsnya dengan mengeluarkan suara-suara seperti yang kerap mereka lakukan pada sore hari. Reaksi yang sama juga mereka tunjukkan saat warna langit berangsur normal kembali,” ujar Dosen Zoologi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr Ferry, saat dijumpai di Taman Margsatwa Ragunan, Rabu (9/3).

Humas Taman Marga Satwa Ragunan, Wahyudi Bambang menuturkan, sejak awal pagi hingga sebelum berlangsungnya gerhana, siamang-siamang di kebun binatang itu sudah aktif bergerak di luar kandang.

Akan tetapi, begitu terjadi gerhana, mereka tiba-tiba masuk kembali ke dalam ruang tidurnya masing-masing. “Hewan-hewan tersebut baru keluar lagi dari ruang tidurnya saat gerhana sudah selesai,” tutur Wahyudi.

Selain siamang, kata dia, burung pelikan juga sempat menunjukkan perubahan perilaku selama gerhana matahari berlangsung. Unggas tersebut tampak tak ingin melakukan aktivitas apapun, dan baru bergerak aktif kembali setelah langit menjadi cerah kembali.

“Di hari-hari biasa, burung pelikan biasanya tidak pernah bertingkah laku seperti itu,” ucap Wahyudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement