Rabu 09 Mar 2016 10:15 WIB

Matahari Tertutup Hingga 80 Persen di Kupang

Rangkaian gerhana matahari total diambil dari KM Kelud di perairan Bangka Belitung, Rabu (9/3).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Rangkaian gerhana matahari total diambil dari KM Kelud di perairan Bangka Belitung, Rabu (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kota Kupang, NTT, Hasanuddin mengatakan, hasil pengamatan di Masjid Nurul Hidayah menunjukkan tingkat ketertutupan piringan matahari oleh bayangan bulan pada gerhana sebagian antara 70-80 persen, Rabu (9/3) pagi.

"Tingkat ketertutupan piringan matahari oleh piringan bulan yang berada di antara matahari dan bumi di Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) bergerak antara 70 hingga 80 peren dan khusus untuk wilayah Kota Kupang dan sekitarnya yang menjadi pusat pengamatan BMKG setempat mencapai 72 persen," katanya kepada wartawan di Kupang.

Hasanuddin yang baru dua hari menjabaat sebagai Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kupang itu mengatakan hal tersebut disela-sela kegiatan pengamatan dan teropongan terhadap matahari yang mengalami gerhana sebagian di Kompleks Masjid Nurul Hidayah Kota Kupang.

Ia mengatakan fenomena langka itu mulai berlangsung pada pukul 07.27 Wita dan mencapai puncaknya pada pukul 08.51 Wita dan berangsur-angsur puluh untuk kembali normal pada pukul 09.00 Wita.

"Pada fase pertama sekitar pukul 07.27 Wita dan beralih lagi ke fase kedua dengan tenggat waktu antara 1,5 menit lalu ke fase ketiga dengan durasi dua menit dan puncaknya pada fase ke empat antara 2,5 hingga tiga menit," katanya.

"Jadi untuk 22 kabupaten di Nusa Tenggara Timur, perhitungan waktunya dimulai dari Kota Kupang sebagai fase pertama yaitu pada pukul 07.27 wita, dan bergerak menuju Waibakul di Sumba Tengah, Wikabubak dan Waingapu di Sumba Barat dan Timur," katanya.

Selanjutnya, kata Hasanuddin ke Labuan Bajo, Ruteng, dan Borong di Flores Barat, lanjut ke kota-kota di Flores Tengah dan Timur hingga akhirnya di Kalabahi Kabupaten Alor.

Menurut dia, gerhana matahari ini semakin ke timur akan semakin lama. Waktu GMS di wilayah Indonesia bagian barat terjadi pada sekitar pukul 06.20, di wilayah tengah sekitar pukul 07.27 WITA, dan di wilayah timur sekitar pukul 08.36 WIT.

Menurut dia, gerhana matahari merupakan suatu peristiwa bulan melintas di antara bumi dan matahari sehingga kedudukan matahari, bulan dan bumi, terletak pada satu garis lurus dan menyebabkan cahaya matahari yang jatuh ke bumi terhalang oleh bulan.

Gerhana matahari terjadi ketika piringan matahari tertutup oleh piringan bulan yang berada di antara matahari dan bumi. "Peristiwa astronomis langka ini rata-rata berlangsung dua kali setiap tahun dan hanya dapat diamati dari sebagian kecil wilayah di permukaan Bumi," katanya.

Dia mengatakan gerhana matahari total maupun sebagian yang terjadi setiap 250 hingga 350 tahun sekali di suatu daerah telah terjadi di beberapa daerah di Indonesia pada 9 Maret 2016.

Pada 2001 hingga 2020, hanya terdapat tiga gerhana matahari yang teramati jelas di Indonesia, yakni gerhana matahari cincin (GMC) 26 Januari 2009, GMT/GMS 9 Maret 2016, dan GMC 26 Desember 2016. GMT 9 Maret 2016 memiliki keistimewaan karena penduduk di seluruh wilayah Indonesia dapat menyaksikan setidaknya gerhana matahari sebagian di pagi hari.

Satu-satunya negara dunia yang dapat melihat fenomena gerhana matahari total 2016 dari daratan adalah Indonesia. GMT oleh pemerintah dijadikan sebagai ajang promosi wisata menarik untuk menggaet wisatawan manca negara maupun dalam negeri.

GMT akan menjadi sorotan media, peneliti, fotografer dan wisatawan. Ada tiga fenomena GMT yang bakal diburu wisatawan yaitu Bailys Beads, efek cincin berlian dan kromosfer matahari. Dan fenomena tadi cuma bisa disaksikan di Indonesia. Untuk itu, daerah yang dilintasi GMT menyuguhkan wisata alam, budaya dan kuliner.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement