REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bengkulu meminta masyarakat setempat tidak menghubungkan gerhana matahari total pada Rabu (9/3) esok dengan hal-hal mistik yang cenderung ke perbuatan syirik.
Ketua MUI Kota Bengkulu, Rusdi Syam mengatakan, kejadian gerhana matahari total (GMT) murni berupa kejadian alam. "Kita lebih baik banyak berzikir, dari kejadian itu kita melihat tuhan maha besar," kata dia, Selasa (8/3).
Tindakan yang menghubungkan GMT dengan sesuatu yang mistik, kata Rusdi, akan mengakibatkan kecemasan dan kegaduhan di tengah masyarakat. "Ini tidak boleh terjadi, bagi yang Muslim dianjurkan untuk shalat gerhana, buat apa menyebarkan hal-hal yang mencemaskan masyarakat," katanya.
GMT ini kejadian yang hanya datang puluhan tahun sekali sehingga jarang masyarakat yang mengetahui amalan yang bisa dikerjakan pada kejadian tersebut. Karena itu, Rusdi Syam menjelaskan, tata cara pelaksanaan shalat gerhana bagi masyarakat yang akan ikut melaksanakannya.
"Shalatnya seperti salat biasa, bacaannya sama, tetapi tata cara shalatnya sedikit berbeda," katanya.
Pada salat gerhana, setiap rakaatnya memiliki dua kali rukuk dan dilaksanakan sebanyak dua rakaat bertepatan saat terjadinya gerhana. "Jadi setelah rukuk kembali berdiri, membaca ayat yang panjang, dilanjutkan rukuk kembali, baru sujud. Hal yang sama juga dilakukan pada rakaat kedua," ujarnya.
MUI juga mengimbau seluruh masjid yang ada di Kota Bengkulu untuk menggelar salat gerhana pada pagi Rabu 9 Maret 2016.