Selasa 08 Mar 2016 09:33 WIB

Nelayan Pamekasan Saksikan GMT di Pulau Kramat

Petugas dari Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palu melaku uji coba peralatan teleskop untuk pengamatan Gerhana Matahari Total (GMT) di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (2/3).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Petugas dari Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Palu melaku uji coba peralatan teleskop untuk pengamatan Gerhana Matahari Total (GMT) di Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (2/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN -- Sebagian nelayan di Desa Kaduara Barat, Pamekasan, Jawa Timur berencana menyaksikan gerhana matahari total (GMT) di Pulau Kramat, yakni sebuah pulau kecil yang terletak di perbatasan perairan Kabupaten Pamekasan dengan Kabupatan Sumenep.

Busadin (45 tahun) nelayan di Dusun Tambak, Desa Kaduara Barat, Kecamatan Larangan, Pamekasan, Selasa (8/3) menuturkan rencana menyaksikan gerhana matahari total di Pulau Kramat itu karena ingin menyaksikan secara langsung peristiwa yang jarang terjadi itu.

"Kami penasaran seperti apa gerhana matahari total yang akan terjadi ini, karena beritanya di televisi sangat membuat penasaran," kata Busadin.

Rencananya, sebagian nelayan itu, akan berangkat dari pantai Kaduara Barat setelah shalat subuh menuju Pulau Kramat.

Di pulau itu, mereka akan menunggu prosesi gerhana berlangsung hingga selesai. Setelah itu, para nelayan akan melaut.

Ayah satu orang anak ini menjelaskan, di desanya, memang tidak semua nelayan ikut menyaksikan gerhana matahari total. Bahkan ada di antara mereka yang memilih hanya berdiam diri di rumahnya.

"Hanya yang muda-muda yang ingin menyaksikan secara langsung. Kalangan tua ada yang mempercayai gerhana matahari bisa membuat orang buta, dan harus berdiam diri di dalam rumah," kata Busadin.

Pulau Kramat masuk perbatasan dengan Kabupaten Sumenep dan lokasinya tidak jauh dari Pulau Gilingan, Desa Gili Raja, Kecamatan Bluto, Sumenep. Perjalanan ke pulau ini membutuhkan waktu sekitar 1 jam 30 menit dengan menggunakan perahu mesin.

Gerhana Matahari Total (GMT) merupakan sebuah fenomena langka yang tidak hanya ditunggu-tunggu oleh para ilmuwan, tetapi juga masyarakat di seluruh dunia. Menurut dosen Ilmu Falak Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan Achmad Mulyadi, M.Ag, fenomena ini tidak terjadi setahun sekali, tapi belasan atau bahkan ratusan tahun lagi.

Lama Gerhana Matahari Total di Indonesia berkisar antara 1,5 hingga tiga menit. Secara astronomis, totalitas gerhana terlama terjadi di satu titik di atas Samudra Pasifik di utara Papua Nugini selama empat menit sembilan detik.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement