Selasa 08 Mar 2016 06:56 WIB

BKSDA Pasang Perangkap Beruang Resahkan Warga

  Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah mengamankan seekor beruang madu (Helarctos Malayanus) dari rumah seorang warga di Praon, Nusukan, Solo, Jateng, Kamis (30/1).    (Antara/Andika Betha)
Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah mengamankan seekor beruang madu (Helarctos Malayanus) dari rumah seorang warga di Praon, Nusukan, Solo, Jateng, Kamis (30/1). (Antara/Andika Betha)

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi memasang perangkap untuk mengamankan beruang yang sering masuk pemukiman sehingga meresahkan warga Lempur Mudik, Kabupaten Kerinci.

Kepala Seksi Wilayah I BKSDA Provinsi Jambi, Sahron, di Jambi, Senin mengatakan, sebelumnya BKSDA menerima laporan ada tiga ekor beruang madu dari hutan di Kerinci tersebut masuk ke pemukiman warga. Akibatnya warga setempat tidak berani ke kebun.

"Hari ini kami bersama kawan-kawan dari TNKS sedang menuju lokasi. Kita akan ambil tindakan evakuasi satwa dengan memasang perangkap, karena warga sekitar sudah merasa terancam," kata Sahron.

Sahron mengatakan, pihaknya akan memasang perangkap di sejumlah titik yang bakal dilintasi hewan buas itu.

"Sekitar 50 meter dari jebakan itu kita beri madu, nangka masak, atau minyak jelantah, agar beruang itu mendekat. Karena itu kesukaannya," katanya.

Jika beruang berhasil ditangkap, pihaknya akan melakukan pengecekan kesehatan.

"Apakah hewan tersebut sehat, atau mengalami cacat. Sebab laporan warga setempat yang melihat beberapa hari lalu menyebutkan bahwa kondisi beruang ada yang terluka," katanya.

"Jika beruang tersebut sehat kita lepas di habitat aslinya. Jika ada yang sakit maupun cacat permanen akibat perangkap dari warga, akan kita dititipkan di Taman Rimba," kata Sahron.

Ditanya jumlah populasi beruang madu di kawasan hutan TNKS, Sahron belum bisa menyebutkan karena baru akan melakukan peninjauan kembali.

"Untuk jumlah populasi beruang kita belum tau pasti, tapi kemungkinan yang memang keluar dari hutan cuma ada tiga, tapi karena wilayah jelajahnya banyak, jadi pindahnya cepat. Namun kita terus akan lakukan pemantauan," katanya.

Menurut dia, keluarnya hewan liar dari habitatnya karena saat ini sedang marak terjadi pembukaan lahan seperti di Kecamatan Jangkat yang bersebelahan dengan TNKS.

"Seperti di Jangkat itu kan habitat satwa liar, tapi saat ini banyak pembukaan lahan. Jadi mereka keluar karena mereka merasa terganggu," kata Sahron menambahkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement