Ahad 06 Mar 2016 13:10 WIB

Banjir Rendam Ratusan Rumah di Garut

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Pendangkalan Sungai. Warga mencari cacing tanah di tumpukan sampah di salah satu sungai yang dangkal di Jakarta, Rabu (8/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Pendangkalan Sungai. Warga mencari cacing tanah di tumpukan sampah di salah satu sungai yang dangkal di Jakarta, Rabu (8/7).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut melaporkan ada 438 rumah yang terendam banjir di kawasan Garut Kota pada Sabtu (5/3). Diketahui, banjir terjadi akibat luapan air dari sungai yang melintasi wilayah kota. Pada Sabtu (5/3) malam air baru surut dan pada Ahad (6/3) warga mulai membersihkan rumah mereka.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut, Dadi Djakaria mengatakan, awalnya terjadi hujan deras pada Sabtu (5/3) siang hingga sore. Hal tersebut membuat air di beberapa sungai meluap. Beberapa sungai yang meluap di antaranya Ciwalen, Cikendi, Cigulampeng, Terusan Cimaragas dan Cipeujeuh.

Peristiwa banjir tersebut merendam sekitar 438 rumah, satu masjid, satu Sekolah Madrasah dan satu panti asuhan di enam kelurahan yang dilewati aliran sungai. "Penyebab banjir dari berbagai faktor diantaranya karena penyempitan dan pendangkalan sungai," kata Dadi kepada Republika.co.id, Ahad (6/3)

Kepala Dinas Sumberdaya Air dan Pertambangan (SDAP) Kabupaten Garut, Uu Saepudin menjelaskan, ada penyempitan dan pendangkalan sungai, terutama Sungai Cikendi di daerah Cibelik. Sehingga air dari sungai naik dan menggenangi rumah warga. Ada sekitar 90 rumah yang terendam air setinggi 40 centimeter sampai 60 centimeter. Sementara, rumah-rumah warga yang lainnya hanya tergenang air.

Menurut Uu, air dari Sungai Cimaragas yang mengalir  ke Sungai Cikendi membawa lumpur dari hulu sungai. Sedimentasi sungainya pun sangat tinggi. Sehingga, dengan cepat lumpur terbawa arus dari hulu ke hilir. Selain itu, curah hujan sangat besar dan berlangsung lama. Hujan mulai turun pada Sabtu (5/3) sekitar pukul 11.30 sampai sore hari.

"Sedimennya sangat tinggi sehingga lumpurnya cepat menumpuk terjadilah penyempitan dan pendangkalan sungai," kata Uu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement