Ahad 06 Mar 2016 11:55 WIB

Potensi Laut Tasikmalaya Baru Dimanfaatkan 13,7 Persen

Rep: Fuji E Permana/ Red: Achmad Syalaby
 Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, sekaligus calon Gubernur Jabar periode selanjutnya, hadir pada acara Syukuran Laut yang diikuti para nelayan dan masyarakat di Desa Pamayangsari, Kecamatan Cipatujah, Tasikmalaya, Selasa (25/12).
Foto: Republika/Sandy Ferdiana
Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, sekaligus calon Gubernur Jabar periode selanjutnya, hadir pada acara Syukuran Laut yang diikuti para nelayan dan masyarakat di Desa Pamayangsari, Kecamatan Cipatujah, Tasikmalaya, Selasa (25/12).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat memiliki laut yang potensinya belum tergali sampai saat ini. Hal tersebut terjadi karena infrastruktur di pesisir selatan kabupaten itu masih minim. 

Hampir semua nelayan yang ada di pesisir selatan merupakan nelayan tradisional yang menggunakan perahu berukuran kecil. Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tasikmalaya, Dedi Mulyadi mengatakan, potensi laut di wilayah selatan Jawa Barat khususnya di selatan Kabupaten Tasikmalaya sangat belum tergali. 

Hal ini terjadi karena hampir seluruh nelayan melaut dengan menggunakan alat yang masih sangat sederhana. Selain itu, infrastruktur yang mendukung nelayan di selatan Tasikmalaya juga masih minim."Potensi laut baru tergali sekitar 13,7 persen belum sampai 50 persen belum sampai 25 persen baru tercapai 13,7 persen," kata Dedi kepada Republika.co.id, Ahad (6/3).

Belum ada dermaga yang bisa di gunakan kapal besar. Dikatakan Dedi, baru ada satu dermaga kecil dan sederhana yang biasa digunakan nelayan tradisional. Sementara, dermaga kecil lainnya sedang dalam tahap pembangunan.

Para nelayan tradisional di Tasikmalaya hanya bisa melaut dengan jarak 2 mil. Hal itu pun membuat hasil tangkapan ikan nelayan tidak bisa melimpah. Dedi menjelaskan, ada satu kapal besar berukuran 18 GT milik anggota HNSI. Kapal tersebut biasa melaut selama satu pekan sampai dua pekan. Namun, kapalnya tidak bisa berlabuh karena tidak punya pelabuhan.

Kapal berukuran 18 GT tersebut berhenti ditengah dengan menggunakan jangkar. Kemudian, kapal-kapal kecil mengangkut ikan hasil tangkapannya. "Kami gak punya pelabuhan seperti di Cilacap, Pelabuhan Ratu dan Cirebon jadi kapal besar tidak bisa berlabuh setelah melaut mencari ikan," ujar Dedi.

Nelayan tangkap yang menjadi anggota HNSI Kabupaten Tasikmalaya ada sebanyak 1.000 orang. Namun, jika digabungkan dengan nelayan pinggir, nelayan budi daya dan yang lainnya, jumlahnya mencapai 18 ribu orang. 

Nelayan di pesisir selatan Tasikmalaya kedepannya berharap ada peningkatan infrastruktur agar kapal besar bisa berlabuh. Apalagi kalau ada bantuan kapal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Maka, sudah pasti membutuhkan pelabuhan yang memadai. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement