REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq mengatakan isu konflik di Timur Tengah memicu isu-isu penting soal perjuangan kemerdekaan Palestina dilupakan dunia.
"Konflik di Timur Tengah dan Afrika Utara seperti Arab Spring ini menyedot energi politik dan ekonomi yang sangat besar. Perhatian terhadap isu Palestina pun semakin terpinggirkan," kata Mahfudz di Jakarta, Sabtu (5/3).
Ia mengatakan, dengan beralihnya perhatian negara Islam dan dunia terhadap Palestina membuat Israel dapat meneruskan agresivitasnya untuk melanjutkan program menguasai Palestina sejengkal demi sejengkal. Beberapa indikasinya adalah Israel terus meneruskan pembangunan permukiman baru di tanah Palestina.
Israel juga semakin berani mengklaim masjid Al Aqsha sebagai wilayah suci yang berhak dimasuki warga Yahudi. Mahfudz berpendapat, gelombang Arab Spring memicu gelombang politik antara kekuatan baru dengan kekuatan lama.
Celakanya, kata dia, kekuatan-kekuatan politik baru pada Arab Spring dipandang lebih dekat dengan kekuatan politik garis keras di Palestina. Sentimen negatif pun menjalar juga ke Palestina.
Saat ini gerakan kontra Arab Spring kembali berkuasa. Imbasnya sikap politik mereka terhadap Palestina juga nampak melemah.
Selain Arab Spring, kata Mahfudz, terjadi juga konflik kelompok bersenjata ISIS di kawasan Timur Tengah. Berbagai daya dan upaya menjadi tersedot untuk ISIS. Hal ini belum ditambah dengan konflik sektarian Sunni-Syiah yang juga berdampak besar atas terlupakannya Palestina.
"Suriah misalnya yang sejak lama bersama Iran mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, sekarang menarik diri. Alasannya karena kekuatan politik di Palestina tidak mendukung rezim Bashar Assad, malah cenderung meninggalkannya," ucap dia.
Politikus PKS ini melanjutkan, "Biaya konflik dan perang yang ditanggung negara Timur Tengah dan sekitarnya mengakibatkan bantuan keuangan kepada Palestina nyaris berhenti total."