REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan Indonesia membutuhkan 1.000 unit sirine tsunami.
"Yang saat ini baru terbangun hanya 55 unit saja dari BMKG dan sekitar 200 unit sirine tsunami berbasis komunitas," kata Sutopo melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat (4/3).
Lebih lanjut, Sutopo menjelaskan dari 55 unit sirine tersebut tersebar di 19 provinsi di mana setiap sirine mengcover radius dua kilometer persegi.
"Paling banyak berada di Bali ada sembilan sirene kemudian di Aceh ada delapan sirine, dan Sumatra Barat ada enam," ucap Sutopo.
Selanjutnya, kata dia, untuk rambu evakuasi tsunami, pihaknya melalui Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan telah melakukan pemasangan rambu evakuasi sesuai standar SNI dan petunjuk teknis yang dikeluarkan BPPT di mana tersebar di 31 kabupaten/kota.
Selain itu, kata Sutopo, untuk rambu titik kumpul tsunami tersebar di daerah pantai barat pulau Sumatera dan pesisir selatan Pulau Jawa.
"Sebanyak 340 set rambu titik kumpul tersebar di pesisir barat Pulau Sumatera sedangkan sebanyak 300 set rambu titik kumpul tersebar di sebelah selatan Pulau Jawa," ujarnya.
Sebelumnya, Sutopo juga mengatakan sebagian besar alat sensor gelombang tsunami atau buoy tsunami di Indonesia mengalami kerusakan.
"Sebagian besar kerusakan buoy tsunami disebabkan vandalisme dan tidak adanya biaya operasi serta pemeliharaan di BPPT," kata Sutopo dalam konferensi pers "Update Gempa 7,8 SR dan Tsunami di Mentawai di kantor BNBP, Jakarta, Kamis (3/3).