REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wasekjen DPP hasil Munas Riau, Tantowi Yahya menilai figur Ketua Umum (Ketum) Golkar yang baru harus sesuai dengan preferensi pilihan rakyat.
Sebab, Ketum Golkar yang baru akan memimpin partai tersebut dalam menghadapi dua kali Pilkada serentak serta Pemilu legislatif dan Pilpres 2019.
"Rakyat akan nilai siapa Ketumnya. Dia jadi faktor dalam masyarakat saat memilih kader partai maupun Parpolnya sendiri saat pemilu legislatif. Selama ini, Golkar terlalu mengandalkan basis massa tradisional," katanya.
"Sehingga sekarang, mau tak mau Golkar harus meraih pasar baru. Misal, anak muda. Pada titik itu figur ketum Golkar yang dipilih di Munas mendatang jadi penting," jelasnya.
Untuk itu, ia menilai Ketum Golkar yang baru sebaiknya berasal dari kelompok muda. Ketum Golkar yang baru juga harus punya kecakapan politik, yang bisa memahami keinginan para kader sekaligus mengarahkan tujuan Parpol itu sendiri.
"Ketum Golkar juga harus berpengetahuan, karena ia akan menjadi pemain penting dalam konstelasi politik Indonesia jelang Pilkada dan Pilpres 2019," ujarnya.
Tantowi melanjutkan, selain itu sang Ketua Umum Golkar juga harus bisa bekerja sama dan membantu pemerintah menyukseskan pembangunan. Hal ini karena Golkar telah memutuskan menjadi mitra pemerintah.
"Maka wajib hukumnya Ketum Golkar nanti itu harus punya aspek pengetahuan dan politik luas. Sehingga bisa jadi partner presiden yang berkontribusi baik. Si Ketum harus punya akseptabilitas tinggi di berbagai stakeholder. Baik pemerintah, parpol lain, dan rakyat. Artinya bukan orang bermasalah," ujarnya.