Kamis 03 Mar 2016 23:38 WIB

Ulama dan Akademisi Diminta Dilibatkan untuk Atasi Terorisme

Siswa mengikuti sesi motivasi dari Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) tentang deradikalisme dan nasionalisme kepada sejumlah siswa di SMK Negeri 35 Jakarta, Jumat (18/9).Republika/Rakhmawaty La'lang
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Siswa mengikuti sesi motivasi dari Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) tentang deradikalisme dan nasionalisme kepada sejumlah siswa di SMK Negeri 35 Jakarta, Jumat (18/9).Republika/Rakhmawaty La'lang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama dan akademisi harus dirangkul dan dilibatkan secara nyata dalam penanggulangan radikalisme dan terorisme. "Berbicara penanggulangan paham radikalisme-terorisme, khususnya terhadap generasi muda, adalah berbicara lingkungan pesantren, masjid, dan perguruan tinggi," kata akademisi Universitas Indonesia Muhammad Luthfi Zuhdi di Jakarta, Kamis (3/3).

Menurut Ketua Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia itu, ancaman terorisme sekarang ini semakin nyata, sehingga harus ada pemahaman yang sama untuk mencegahnya.

Ia menambahkan, selama ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memang telah melakukan berbagai upaya untuk membentengi bangsa ini dari propaganda radikalisme dan ancaman terorisme. Tetapi peran badan itu belum cukup tanpa keterlibatan lembaga terkait, ormas, dan semua unsur masyarakat di dalamnya.

"Semua harus sinkron dan tidak boleh jalan sendiri-sendiri. MUI, NU, Muhammadiyah harus dilibatkan secara nyata. Kerja sama antarlembaga ini harus dilakukan sejak awal agar semuanya berjalan konkret, termasuk persiapan pembiayaannya," kata Luthfi.

Ia secara pribadi siap mendukung pelaksanaan program ini. Diyakini pula para akademisi di seluruh Indonesia yang berkompeten juga mendukung program ini.

"Yang penting, BNPT sebagai lembaga yang bertugas sebagai koordinator pencegahan terorisme di Indonesia, terus memperbanyak dan mempererat hubungan dengan semua pihak yang terkait," katanya.

Luthfi mengatakan, perlu ada komunikasi langsung antara BNPT dengan pesantren dan lembaga pendidikan, sehingga pencegahan radikalisme-terorisme melalui pesantren dan lembaga pendidikan akan lebih masif.

"Penguatan melalui pesantren dan lembaga pendidikan, jangan dilakukan observasi atau penelitian saja, tapi langsung dirangkul menjadi mitra dan dilakukan secara berkesinambungan, " katanya.

Hal lain yang bisa dilakukan dalam pencegahan radikalisme-terorisme, kata Luthfi, adalah merangkul pihak-pihak yang selama ini dianggap radikal. Karena bagaimanapun mereka adalah bagian dari bangsa ini.

Ia pun yakin mereka pun mempunyai nasionalisme meski dilakukan dengan caranya sendiri. "Mereka juga harus diajak bicara. Dari situ kita pelan-pelan membawa mereka kembali ke ajaran yang benar, baik dari sisi agama maupun nasionalisme," kata Luthfi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement