REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Ilham Oetama Marsis mengatakan wabah demam berdarah sejatinya sulit diberantas tapi peluang menginfeksi masyarakat dapat diperkecil sehingga tidak menyebabkan kejadian luar biasa.
"Hemat saya, demam berdarah itu susah diberantas," kata Marsis saat ditemui di Jakarta, Kamis (3/3).
Beberapa alasan Marsis soal sulitnya demam berdarah diberantas adalah pertama perubahan cuaca yang tidak menentu. Cuaca yang terus berubah dari hujan menjadi cerah dan sebaliknya, kata dia, membuat genangan air di tempat tidak beralaskan tanah semakin banyak. Media seperti ini menjadi tempat favorit nyamuk demam berdarah Aedes aegypti mengembangbiakkan jentik-jentik nyamuk.
Faktor berikutnya, terjadi perubahan daerah desa (rural) menjadi perkotaan (urban) yang semakin banyak. Artinya, terjadi perubahan ekosistem dalam proses perubahan rural menjadi urban. Belum lagi ditambah dengan pembabatan hutan yang membuat habitat nyamuk berpindah ke kawasan permukiman karena penyempitan lahan hutan.
"Nyamuk di hutan berpindah karena hutan dibabat," katanya.
Ada faktor lain yang membuat demam berdarah tumbuh subur di Indonesia, yaitu kebiasaan masyarakat yang cenderung melakukan pembiaran terhadap genangan air bersih tempat berkembangnya jentik nyamuk demam berdarah.
Selain penyebab di atas, Marsis menyebut pola migrasi penduduk membuat sejumlah penyakit, termasuk demam berdarah karena dapat ikut berpindah atau terbawa oleh imigran.
Baca juga: Pertanian Stroberi Ciwidey Diabaikan