REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta pemerintah dan masyarakat untuk mewaspadai potensi gempa bumi yang diikuti tsunami di sekitar Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat.
Kepala Pusat Data dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menjelaskan, gempa bumi yang terjadi kemarin, Rabu (2/3), berpusat di 808 km barat daya Padang, Sumatra Barat. Meskipun gempa tersebut tak bisa dikatakan sebagai gempa Mentawai, kata Sutopo, daerah tersebut sebenarnya menyimpan potensi terjadinya gempa besar.
“Kapan? Kita tak tahu. Di mana pastinya? Kita tidak tahu. Tapi magnitude maksimum, itu di atas 8 skala richter. Terutama yang terjadi di zona subduksi. Kalau itu terjadi di sana, maka berpotensi membangkitkan tsunami,” ucap Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di kantor BNPB, Jakarta, Kamis (3/3).
Dia menjelaskan, Mentawai berlokasi di zona subduksi atau pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia. Akibat tunjaman lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia, ada pergeseran sekitar 5-6 cm per tahun. Ketika ada patahan, maka muncul gempa.
“Sampai saat ini yang energinya masih tersandera adalah di segmen Mentawai. Jadi di Mentawai, berdasarkan banyak penelitian, masih tersandera energi gempa bumi yang besar,” ucap Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di kantor BNPB, Jakarta, Kamis (3/3).
Fenomena tsunami baru terjadi akan ketika pusat gempa berada di bawah laut, yakni berkisar antara 0-20 km, dengan magnitude yang lebih besar dari 6,5 skala richter.
Bila sampai zona subduksi mengalami patahan, maka yang muncul adalah gempa akibat sesar naik/turun, bukan sesar geser. Inilah yang memicu terjadinya tsunami.
Sutopo menuturkan, ada 386 kabupaten/kota di Indonesia yang mempunyai kerentanan tinggi bahaya gempa bumi. Artinya, sebanyak 157 juta jiwa terancam potensi bahaya. Kemudian, sebanyak 3,8 juta jiwa penduduk Indonesia terpapar potensi bahaya tsunami.
Terkait kesiagaan pemerintah daerah setempat, menurut Sutopo, pihak BNPB sudah mengupayakan sosialisasi dan antisipasi bencana gempa yang disertai tsunami.
“Untuk Mentawai, kita adakan latihan internasional yang diadakan 18 negara tahun 2013 lalu, Mentawai Megathrust Exercise, itu kita gunakan skenario di Mentawai. Semua skenario (mitigasi bencana) sudah disampaikan ke gubernur, kepala daerah.”
"Tapi kadang ingatan kita pendek sekali, mudah lupa untuk hal-hal seperti ini. Setelah habis 8,5 skala richter di Aceh, semua ingin melakukan. Tapi setelah itu, nyatanya 2015 tak ada anggaran lagi. Ini jadi masalah di kita,” tukas dia.