Selasa 01 Mar 2016 21:13 WIB

PDIP: PBNU Dukung 1 Juni sebagai Hari Kelahiran Pancasila

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pidato Proklamator Sukarno pada 1 Juni 1945 adalah sejarah yang tak dapat disangkal. Dari fakta itu, Sukarno adalah penggali Pancasila. Tujuannya momen kesejarahan itu tak hilang, maka 1 Juni harus dikukuhkan sebagai Hari Kelahiran Pancasila.

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mendukung pemerintah menetapkan 1 Juni sebagai hari lahirnya Pancasila. Kelahiran Pancasila, kata dia, adalah realitas sejarah sebagaimana disampaikan melalui surat wasiat Bung Hatta dan dokumen otentik yang ditandatangan Radjiman Wedyodiningrat.

"Dukungan NU ini sangat penting, lebih-lebih dengan penegasan bahwa Pancasila sebagai ideologi negara sudah final," ujar Hasto usai seminar "Kembali ke Pancasila" yang digelar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur di Surabaya dalam siaran pers, Selasa (1/3).‎

Hadir sebagai pembicara Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, ‎Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Dirut Polmark Indonesia Eep Saifulloh Fatah.‎ Sementara sambutan terkait agenda itu disampaikan Ketua PWNU Jawa Timur, ‎KH Hasan Mutawakkil Alallah, dan Wakil Gubernur Jawa Timur yang juga pengurus PBNU Saifullah Yusuf.

Hasto mengatakan, pemahaman terhadap spirit kelahiran Pancasila tersebut dengan seluruh tesis perjuangan Indonesia Merdeka yang diawali dengan kontemplasi ideologis Bung Karno ketika bertemu dengan petani yang bernama Pak Marhaen.

Dengan demikian kembali pada Pancasila, kata Hasto, juga dimaknakan pada watak pembebasan pembebasan keberpihakan pada wong cilik, dan watak untuk merubah tata pergaulan hidup yang menghisap yang harus dilakukan secara progresif atas dasar nilai-nilai yang terkandung pada Pancasila.

"Pancasila harus menjadi praksis ideologis untuk merancang suatu tatanan masyarakat Indonesia agar terbebas dari sistem budaya, sistem ekonomi, dan tata pergaulan hidup yang saat ini lebih banyak diwarnai oleh praktik-praktik kapitalisme dan liberalisme," papar Hasto.

Hasto menambahkan‎ PDIP dan NU memiliki sejarah panjang dengan dedikasi hidup untuk bangsa dan negara Indonesia. "PDIP dan NU dipersatukan oleh kesadaran terhadap sejarah kebangsaan Indonesia yang menempatkan Pancasila sebagai ideologi negara yang final."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement