REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan lulusan perguruan tinggi yang telah diwisuda harus siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Berlakunya MEA pada 2016 ini, kata dia, akan sangat terbuka bagi pasar tenaga kerja dari negara lain.
"Terutama ASEAN," kata Menko PMK Puan Maharani saat menghadiri Wisuda ke-79 Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang, Sabtu (27/2).
Menteri Puan mengatakan wisuda bukan berarti selesainya studi dan menerima ijazah, tetapi menjadi titik awal bagi lulusan sarjana memasuki kehidupan baru yang penuh tantangan dan harapan serta dituntut untuk mengabdikan ilmu dan kemampuan dari yang sudah dipelajari selama ini. Menurut data BPS, tenaga kerja Indonesia 65 persen di antaranya merupakan lulusan SMP ke bawah, 25 persen lulusan SMA dan sarjana hanya 10 persen.
Sementara itu, angka partisipasi kasar (APK) Pendidikan Tinggi selama lima tahun terakhir meningkat kurang dari empat persen. Untuk lima tahun ke depan, pemerintah menargetkan APK Pendidikan Tinggi mencapai 35 persen atau meningkat empat persen dari capaian saat ini.
Puan menjelaskan tingkat APK Indonesia merupakan yang terendah di ASEAN, yakni jauh di bawah Malaysia yang mencapai di atas 50 persen serta Korea Selatan yang mencapai 103 persen pada 2010. Padahal untuk memasuki MEA, negara di ASEAN setidaknya harus memiliki sejumlah kompetensi dan keterampilan kerja yang mumpuni dan ditandai dengan kepemilikan sertifikat kompetensi serta keterampilan penguasaan bahasa asing.
"Tingkat pendidikan pekerja yang rendah berdampak pada rendahnya produktivitas daya saing. Sementara persaingan global menuntut tenaga kerja berdaya saing, terampil dan kompeten," ujar Puan. Puan menjelaskan ada beberapa faktor kelemahan dalam bersaing di pasar global, yakni rendahnya kemampuan inovasi, kesiapan teknologi, riset dan pendidikan tinggi serta kurangnya infrastruktur.