REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) berencana memetakan kualitas dosen di masa mendatang. Namun untuk saat ini, Direktur Jenderal (Dirjen) Sumber Daya, IPTEK dan Pendidikan Tinggi, Kemenristekdikti, Ali Ghufro Mukti menilai, program sharing resourches akan diupayakan terlebih dahulu untuk terus didorong.
"Kita juga punya grand design untuk mengejar agar semua dosen bisa bersertifikasi," ujar Ghufron kepada wartawan di Senayan, Jakarta, Kamis (25/2). Dengan kata lain, tambah dia, kualitas para dosen bisa meningkat lagi ke depannya.
Ghufron mengatakan, grand design ini nantinya harus mampu membaca arah pembangunan lima sampai 20 tahun ke depan. Dia mencontohkan negeri Jepang yang sudah memiliki grand design dalam sistem pendidikannya dan selalu dikaitkan dengan pembangunan. Bahkan, lanjut dia, grand design milik mereka itu memiliki tingkat kesalahan yang minim.
Menurut pria yang biasa disapa Ghufron ini, saat ini masih terdapat 50 persen dosen Indonesia yang belum bersertifikasi. Jumlah dosen Indonesia saat ini sendiri sebanyak 280 ribu.
Pada dasarnya, kata Ghufron, biaya sertifikasi dosen tidak terlalu mahal, yakni hanya Rp 600 ribu per dosen. Meski begitu, Kemenristekdikti mengupayakan agar 20 ribu dosen bisa mendapatkan sertifikat pada tahun ini. Dengan sertifikasi ini, kata Ghufron, mereka tentu akan mendapatkan berbagai macam tunjangan nantinya.
Menurut Ghufron, para dosen bisa mengulang kegiatan sertifikasi jika tidak lulus. Ghufron berpendapat, sertifikasi dosen ini sangat perlu dilakukan. Jika tidak dilakukan, lanjut dia, pengakuan sebagai dosen professional kepada mereka pun akan kurang.
"Kalau tidak sertifikasi berarti tidak bisa professor," terang Ghufron.