REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menilai program-program pencegahan terorisme dan deradikalisasi yang dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sudah bagus.
"Jujur, program-program BNPT yang telah berjalan di luar perkiraan saya karena ternyata BNPT sudah cukup maju dalam menjalankan pencegahan terorisme," ujarnya saat mengunjungi BNPT di Kompleks Indonesia Peace and Security Center (IPSC) Sentul, Bogor, Kamis (25/2).
Meski demikian, Luhut tetap meminta BNPT meningkatkan kinerja, karena tantangan dalam pencegahan terorisme ke depan sangat kompleks. Luhut memastikan pemerintah siap mendukung program BNPT, termasuk penambahan tenaga.
"BNPT sudah siap dengan program tapi masih kekurangan personel. Ini akan kami koordinasikan dengan pihak terkait. Intinya pemerintah mendukung program pencegahan terorisme," kata Luhut.
Khusus program deradikalisasi, Luhut mengakui cukup sulit dan rumit karena menyangkut ideologi dan agama. Upaya deradikalisasi tidak hanya ditujukan bagi pelaku terorisme yang sedang menjalani hukuman, namun juga yang telah bebas.
Sasaran deradikalisasi juga cukup sulit karena menyangkut tingkat radikalisasi para pelaku terorisme sehingga penanganan juga harus berbeda. Itu masih ditambah para pengikut paham radikal terorisme yang belum pernah masuk penjara, juga banyaknya WNI yang dideportasi dari Timur Tengah, terutama simpatisan dan pengikut ISIS, yang kini berkeliaran di masyarakat.
Untuk itu, Luhut memberikan dukungan kepada BNPT untuk melakukan penguatan koordinasi dengan Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Agama, Polri, TNI, dan institusi lainnya
"Harus ada sinergi antara seluruh lembaga terkait di bawah koordinasi BNPT dalam menjalankan deradikalisasi. Itu penting karena sasaran deradikalisasi adalah orang-orang yang memiliki level radikalisasi berbeda-beda dari level satu, dua, tiga, dan empat," kata Luhut.