REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Keberadaan sekolah luar biasa (SLB) di Kabupaten Indramayu, masih minim. Akibatnya, banyak anak berkebutuhan khusus yang tak bisa mengenyam pendidikan di bangku sekolah.
''Dari hitungan kasar saya, ada sekitar 70 persen anak berkebutuhan khusus (dari total anak berkebutuhan khusus di Kabupaten Indramayu) yang tak bisa sekolah karena minimnya SLB,'' ujar Ketua Gugus 31 Kabupaten Indramayu, Dedi Mulyana, Kamis (25/2).
Dedi menjelaskan, perhitungan itu didasarkan pada jumlah SLB di Kabupaten Indramayu yang hanya mencapai lima buah SLB dan tersebar di tiga kecamatan. Padahal, di Kabupaten Indramayu terdapat 31 kecamatan.
Adapun tiga kecamatan yang memiliki SLB itu, yakni Kecamatan Indramayu yang memiliki tiga SLB. Selain itu, Kecamatan Jatibarang yang memiliki satu SLB dan Kecamatan Haurgeulis yang juga memiliki satu SLB.
Padahal, idealnya, setiap satu kecamatan memiliki satu buah SLB. Dengan demikian, SLB tersebut dapat melayani anak-anak berkebutuhan khusus di masing-masing kecamatan, tanpa harus pergi jauh ke kecamatan lain.
Dedi mengungkapkan, akibat minimnya SLB, anak-anak berkebutuhan khusus tak bisa sekolah. Bahkan, adapula yang sengaja disembunyikan di dalam rumah oleh keluarganya. Dampaknya, perkembangan ABK menjadi tidak maksimal. ''Selain mempelajari pelajaran akademik, di SLB juga mereka belajar keterampilan dan sosialisasi. Itu sangat penting,'' kata Dedi.
Dengan mempelajari hal-hal tersebut, para anak berkebutuhan khusus bisa lebih berkembang. Mereka juga bisa belajar untuk hidup mandiri.
Hal senada diungkapkan Kepala Sekolah SLB Negeri 2 Indramayu, Asih Roswatidewi. Dia berharap, ada kepedulian dari pemerintah dan berbagai pihak lainnya untuk menambah jumlah SLB. ''Banyak anak berkebutuhan khusus yang akhirnya tidak sekolah,'' tutur Asih.