Kamis 25 Feb 2016 15:28 WIB

Sidang Kasus Salim Kancil, Tosan Ungkap Penganiayaan Dirinya

Rep: Andrian Saputa/ Red: Ilham
Kepala Desa Selo Awar-Awar Lumajang, Hariyono (kiri) mengikuti sidang perdana kasus dugaan pembunuhan aktivis lingkungan Salim Kancil di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Jawa Timur, Kamis (18/2).
Foto: Republika/Wihdan H
Aktivis antitambang Tosan yang juga rekan almarhum Salim Kancil.

Dalam agenda sidang lainnya, JPU menghadirkan saksi aktivis anti-tambang, Hamid, dalam kasus kekerasan yang dilakukaan terdakwa Iman Taufik Yuliyanto. Dalam persidangan tersebut, Hamid mengatakan mendapatkan ancaman pembunuhan dari Iman. Peristiwa tersebut terjadi pada akhir Oktober tahun lalu. Saat itu Iman melemparkan batu ke rumah Hamid dan menyuruhnya keluar.

"Setelah bolak-balik pakai motor dengan suara keras di depan rumah saya, lalu dia lempar batu. Dia suruh saya keluar, kalau tidak dia akan bunuh saya," katanya. Diketahui, Iman masih mempunyai hubungan keluarga dengan terdakwa lainnya, diantaranya Haryono dan Widianto.

Sementara itu, terkait sidang perkara Pidana dengan terdakwa Haryono dan 7 orang temannya. Saksi Tosan mengaku mendapat dua kali serangan pengeroyokan, yakni pada 10 dan 26 September. Ia mengatakan dirinya disabet dengan celurit, cangkul, bambu, dan batu. Setelah itu, ditabrak menggunakan sepeda motor hingga tak sadarkan diri.

Hal tersebut, kata dia, lantaran penolakan terhadap aktivitas pertambangan yang sudah lama dilakukan Haryono di pesisir Pasirian. Tosan mengaku sempat melakukan demonstrasi dengan beberapa temannya, termasuk Salim Kancil di depan Kantor Kepala Desa.

Pascaaksi itu, terjadilah pertemuan antara kepala desa, kecamatan, kepolisian, dan aktivis anti tambang yang diketuai Tosan. "Memang sebelum peristiwa itu saya sudah diancam akan dibunuh kalau terus berniat untuk menutup tambang," kata Tosan mengungkapkan bahwa ia sempat melayangkan surat kepada Bupati Lumajang, Kepolisian, dan Kecamatan.

Selain itu, Tosan juga mengungkapkan, kendati Haryono tidak ikut serta dalam pengeroyokan, namun Haryono merupakan koordinator atau pimpinanya. Ini dikatakan Tosan, setelah beberapa hari sebelumnya, ia bertemu dengan Haryono membahas penutupan pertambangan.

"Haryono tandatangani surat, dikirim ke rumah saya dengan kepolisian, intinya dia mau tutup tambang. Surat itu saya copy dan sebarkan ke warga. Tapi besok harinya ternyata saya dikeroyok," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement