Selasa 23 Feb 2016 20:51 WIB
Dugaan Pencemaran Nama Baik

Polda Metro Tunggu Surat Kuasa dari Ade Komaruddin

Rep: C30/ Red: Bayu Hermawan
Ketua DPR RI Ade Komaruddin (kanan), bersama Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Surahman Hidayat (kiri)memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan tertutup di gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (31/1).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua DPR RI Ade Komaruddin (kanan), bersama Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) Surahman Hidayat (kiri)memberikan keterangan pers usai melakukan pertemuan tertutup di gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Balaidhika Karya Nofel Saleh dan Ketua Bidang Hukum Balaidhika Karya Wibawa Ramzy mendatangi Setral Pelayanan Kepolisian (SPK) Polda Metro Jaya, Selasa (23/2).

Keduanya datang untuk melaporkan dugaan pencemaran nama baik terhadap Ketua DPR Ade Komaruddin (Akom) dan politikus Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet).

"Penyidik siap menerima laporan, namun Keterangan dari penyidik SPK, bahwa kita harus melampirkan surat kuasa dari pelapor yaitu Akom dan Bamsoet," ujar Wibawa Ramzy di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (23/2).

Sehingga kata Wibawa, pihaknya harus kembali untuk mendapatkan surat kuasa dari Akom dan Bamsoet. Dengan begitu laporan pencemaran nama baik dapat segera diproses oleh aparat polisi.

Sementara Nofel mengatakan, pihaknya akan mengusut tuntas orang yang telah membicarakan Akom dan Bamsoet dan harus bertanggung jawab.

Dua orang yang diduga melakukan pencemaran nama baik ini M. Adnan dari lembaga advokasi pengaduan kebijakan publik (LAKP) dan Rizwan dari himpunan masyarakat anti korupsi (Hamak).

"Jadi kita mau usut, orang yang berbicara seenaknya harus bertanggung jawab," tegasnya.

(Baca: Datangi Polda, Balaidika: LAKP Cemarkan Nama Baik Ade Komaruddin)

Menurutnya, foto yang beredar adalah foto lama yang digunakan Bamsoet di profile picturenya. Kemudian Bamsoet mengajak teman-temannya yaitu Akom, Ahmadi Noor, Misbakhun dan Titiek Soeharto.

Saat ditanya perihal menggunakan pesawat jet mewah tersebut untuk kampanye, Nofel mengaku tidak dalam rangka kegiatan apapun.

"Tidak ada dalam rangka apapun (kampanye). Itu hanya ajak teman temen di dalam pesawat itu milik pak Bamsoet dan itu di pelintir dan dipolitisasi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement