Ahad 21 Feb 2016 20:13 WIB

Risma Resmikan Gang Dolly Jadi Wisata Mural

Salah satu sudut Gang Dolly, di Surabaya, Jawa Timur.
Foto: Blogspot.com
Salah satu sudut Gang Dolly, di Surabaya, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini meresmikan kawasan eks lokalisasi Dolly sebagai kampung wisata mural di Kota Pahlawan itu, Ahad (21/2).

"Ini merupakan langkah awal dari sekian konsep wisata yang bakal diterapkan di Kota Surabaya," kata Rismaharini saat meresmikan kampung wisata mural di salah satu bekas Wisma Barbara Dolly.

Wisma Barbara di lokalisasi Dolly sangat kental nuansa prostitusinya. Bangunan enam lantai itu merupakan salah satu wisma paling terkenal di wilayah Dolly. Sekarang, kondisinya sudah jauh berbeda. Sejak dibeli Pemkot Surabaya, Wisma Barbara kini difungsikan sebagai markas usaha kecil menengah (UKM) yang memproduksi sepatu.

Selain itu, terdapat broadband learning center (BLC) sebagai sarana pelatihan komputer bagi warga sekitar. Tempat tersebut juga dijadikan lokasi display hasil kerajinan batik.

Pada bagian luar, tembok samping bangunan tersebut dimanfaatkan untuk mural. Deretan gambar interaktif tersaji apik dengan sentuhan warna beraneka ragam.

Saat meresmikan kampung mural, Risma diberi kesempatan menuliskan sebuah kalimat. Wali kota yang terpilih memimpin Surabaya dua periode ini akhirnya menuliskan 'Kampung Wisata Penuh Cerita' disertai tanda tangan pada bagian akhir. Perubahan positif eks lokalisasi Dolly menjadi lebih kreatif tidak lepas dari peran komunitas anak muda, antara lain Gerakan Melukis Harapan (GMH) dan Surabaya Creative Network (SCN).

Ketua GMH Dalu Nuzul Qirom mengatakan GMH merupakan organisasi yang beranggotakan 100-an relawan dari berbagai kampus yang peduli terhadap perubahan kawasan eks lokalisasi. Dia melanjutkan gerakan ini dimulai jauh sebelum penutupan lokalisasi Dolly-Jarak.

Saat itu, GMH menganggap kelompok pro maupun kontra penutupan sama-sama benar dengan argumennya masing-masing. Namun, GMH beranggapan kelompok yang kontra lebih banyak berbicara sesuatu yang belum terjadi. "Misalnya, nanti kalau lokalisasi ditutup akan ini lah, akan itu dan lain sebagainya. Padahal semua itu belum tentu terjadi," ujar Dalu.

Akhirnya, GMH memutuskan mendukung alih fungsi lokalisasi Dolly dan Jarak. "Saat ini kita bisa membuktikan bahwa kawasan ini bisa berdaya dari segi UKM dan kreativitasnya. Ini bagian dari revolusi mental yang selama ini digadang-gadang oleh pemerintah RI," ujarnya.

Risma menyambut baik konsep mural ini. Bahkan dia bersedia dikritik melalui salah satu percabangan seni gambar itu. Namun, dia berpesan dalam menyampaikan pendapatnya, penggambar mural harus tetap memperhatikan norma dan kesopanan.

"Saya bukan tidak suka sama mural, tapi mural itu harus pada tempatnya. Agar mural bisa menyampaikan pesan positif, jangan sampai ada kata-kata kotor di dalamnya. Sebab, itu akan dilihat oleh anak-anak yang tinggal di sekitar sini," katanya.

Selain itu, Risma berharap seni mural juga dapat dikembangkan ke arah pelatihan lukis kanvas dan lukis via komputer. Hasil seni gambar yang menggunakan teknologi komputer dapat diunggah ke media sosial dan dinikmati secara global.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement