Ahad 21 Feb 2016 08:59 WIB
Mengenang Arwah Setiawan (bagian 1)

Mati Ketawa Ala Indonesia: Humor itu Serius...!

Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang mengenakan busana penari dan pelawak Bali membantu pemilih saat pemungutan suara Pilkada Serentak di Desa Penarungan, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (9/12).
Foto:
Tari Blenggo, perpaduan silat dan humor. (Republika/Aditya Pradana Putra)

Salah satu cirri buruk manusia Indonesia, kata Mochtar Lubis, ialah bahwa ia munafik. Dan salah satu ciri baiknya, ialah bahwa ia punya rasa humor yang besar. Tapi payahnya, kata saya, ialah bahwa soal humor pun manusia Indonesia masih sempat munafik.

Stephen Leacock, humoris Kanada zaman pergantian abad akhir, pernah membuat pengamatan yang sekarang sudah nyaris jadi klise, yang di sini sudah di-“afdruk” OG Roeder dan Mukti Ali. Katanya, kita dapat menuduh orang dengan tuduhan apa saja kecuali bahwa ia tidak memiliki rasa humor. Dituduh begini ia akan gusar.

Tapi sementara manusia Indonesia akan gusar dituduh tidak punya rasa humor, tak akan kalah gusar bila ia dianggap pelawak. Dan sementara ia mengaku terpingkel-pingkel melihat film Inem Pelayan Sexy, ia akan sakit jantung bila anaknya mengikuti jejak Jalal menjadi “badut”. Yang ia inginkan tentunya anaknya menjadi dokter atau tentara, meski dokter dan tentara belum tentu lebih kaya dairpada Jalal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement