Sabtu 20 Feb 2016 16:56 WIB

Kakorbrimob Polri: Banyak Kesulitan untuk Tangkap Santoso

Gambar ilustrasi teroris yang ditangkap
Foto: antara
Gambar ilustrasi teroris yang ditangkap

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Korps Brimob (Kakorbrimob) Polri, Irjen Murad Ismail mengatakan banyak kesulitan yang dihadapi petugas untuk menangkap pimpinan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso.

Salah satunya adalah lokasi persembunyian Santoso, yang harus ditempuh melewati medan yang berat. "Gunung (di Poso) itu berlapis-lapis. Tidak seperti di Aceh," katanya, Sabtu (20/2).

Murad menceritakan beberapa kesulitan yang dialami para anggota polisi dalam memburu Santoso.

"Anggota saya, paling lama di puncak (gunung) itu 14 hari. Kalau orang biasa, sehari dua hari sudah turun (gunung). Makanan yang dibawa itu bekal berat, kami pilih makanan semacam biskuit yang tidak berat untuk 14 hari. Lalu bawa pakaian dan senjata. Coba seberat itu mengejar orang," jelasnya.

Kesulitan lainnya, Santoso yang merupakan penduduk asli Poso sering menyamar untuk masuk dan keluar dari perkampungan.

"Saat masuk kampung, dia pakai baju sipil. Nggak kayak tentara yang bisa dibedakan," katanya.

Beberapa anggota MIT, kata dia, juga ada yang ditugaskan untuk menetap di perkampungan dan melakukan pengawasan.

"Mereka menetap di kampung untuk melaporkan ke Santoso, apa ada masyarakat yang membantu polisi. Jadi warga juga terancam, kalau ada yang dekat polisi, dibunuh juga," jelasnya.

Polri sudah melakukan operasi Camar Maleo I hingga IV guna melakukan pengejaran Santoso dan kelompoknya, tapi Santoso juga belum tertangkap.

Kemudian setelah masa Operasi Camar Maleo berakhir, Polri melanjutkan pengejaran dengan menggandeng TNI melalui Operasi Tinombala.

Operasi yang dimulai pada 10 Januari 2016 itu menargetkan untuk melumpuhkan Santoso dan kelompoknya di Poso dalam waktu 60 hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement