Sabtu 20 Feb 2016 00:30 WIB

Festival Naga, Malioboro Ditutup 6 Jam

Rep: Yulianingsih / Red: Andi Nur Aminah
 Jalan Malioboro di Yogyakarta.
Foto: Antara/Noveradika
Jalan Malioboro di Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sepanjang Jalan Malioboro pada Ahad (21/2) akan ditutup selama lebih kurang enam jam. Penutupan jalan ini akan dilakukan sejak pukul 17.00 hingga 22.00 WIB. 

"Penutupan jalan ini terkait adanya karnaval budaya yaitu Festival Naga sebagai puncak kegiatan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY)," ujar Ketua Umum PBTY 2016, Tri Kirana Muslidatun yang juga istri wali kota Yogya, Jumat (19/2).

Pada Ahad sore, dia mengatakan sepanjang jalan Malioboro akan digunakan untuk karnaval 15 naga atau liong dalam budaya Thionghoa. Naga ini berasal dari beberapa daerah di Yogyakarta, Jawa Timur  dan Jawa Tengah.  "Mereka akan kita lombakan memperebutkan piala Raja Kraton Yogyakarta," katanya.

Selain itu dalam kesempatan tersebut juga akan ditampilkan atraksi naga terpanjang di Indonesia yang sudah masuk Museum Rekor Indonesia (MURI). Naga sepanjang 159 meter yang bermotif batik ini akan dimainkan oleh angkatan udara RI. 

PBTY tahun ini dbuka secara resmi oleh Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X di  Kampung Ketandan, Malioboro, Yogyakarta, Kamis (18/2) malam. PBTY sendiri digelar hingga 22 Februari 2016 mendatang. PBTY yang merupakan pagelaran tahunan ini sudah memasuki tahun ke 11.

"Pekan budaya di Yogya ini semakin mendapat kepercayaan sebagai apresiasi terhadap budaya Tionghoa. Ini sangat positif, karena budaya Tionghoa menbjadi budaya subkultur masyarakat majemuk di Indonesia ini," kata Sultan.

Menurut Sultan, semakin tahun PBTY semakin banyak pengikutnya. Karenanya tidak ada pilihan kecuali panitia memperpanjang hari pelaksanaannya. "Ini perlu dibicarakan apakah bisa diperpanjang atau tidak," ujarnya. Hal ini menurut Sultan, untuk mengakomodasi keikutsertaan daerah lain dalam PBTY ini. 

Saat ini di Yogyakarta sendiri ada  136 mahasiswa asal Cina yang belajar di Yogyakarta. Ada juga guru dari Cina yang mengembangkan Bahasa Mandarin di Yogyakarta.

Menurut Tri Kirana, PBTY merupakan pekan budaya untuk memeriahkan tahun baru Imlek dan Cap Go Meh di Kampung Pecinan, Ketandan, Yogyakarta. "Melalui pekan budaya ini kita berharap bisa meningkatkan kebersamaan masyarakat Yogya dan meningkatkan toleransi antar masyarakat di Yogya," katanya.

PBTY ke 11 ini  merupakan perayaan budaya Cina bukan perayaan agama. PBTY digelar oleh warga Yogya yang tergabung dalam Jogja Chineese Art dan Culture Center (JCACC). "Ada bazar di sepanjang jalan ketandan dengan 120 stand kuliner dari Yogya dan luar Yogya, pernak-pernik tionghoa, konsultasi shinse dan atraksi barongsai setiap hari, tayangan wayang Po Te Hi dan Wa Chin Wa," ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement