Kamis 18 Feb 2016 14:37 WIB

Rasa Malu Menjadi Kekuatan untuk LGBT Kembali Fitrah

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Suasana Forum Diskusi Merangkul Korban LGBT Menolak Legalisasi LGBT di kantor Redaksi Republika, Jakarta, Kamis (18/2).
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Suasana Forum Diskusi Merangkul Korban LGBT Menolak Legalisasi LGBT di kantor Redaksi Republika, Jakarta, Kamis (18/2).

REPUBLIKA.CO.ID,   JAKARTA -- Rita Hendrawaty dari Yayasan Peduli Sahabat mengatakan, rasa malu menjadi salah satu cara untuk mengembalikan lagi LGBT kembali ke fitrah. Ia menambahkan, selama mendampingi same-sex atraction (SSA) atau calon LGBT secara online atau dalam jaringan, semua SSA menyembunyikan identitasnya.

"Itu penting sekali menjadi kekuatannya kita. Rasa malu itu. Itu menjadi kekuatan SSA sendiri. Kami mengatakan, kamu harus tutupi. Nggak perlu cerita ke orang tua kalo nggak ngasih solusi. Kalo nggak jadi solusi, perlu cerita kepada siapa pun," kata Rita dalam diskusi "Merangkul Korban Menolak Legalisasi LGBT" di kantor Republika.co.id, Kamis (18/2).

Rita mengatakan, LGBT sudah kehilangan rasa malu. Mereka dengan bangga menyatakan dirinya gay atau lesbian. Ia melanjutkan, penguatan LGBT komunitas luar biasa.

Ia menyatakan, SSA harus diberikan nilai-nilai agama yang kuat nilai-nilai yang tidak pernah berubah. Dia berkata, pernah melihat bagaimana pendampingan SGRC UI. "Mereka mengatakan kepada SSA bahwa kamu nggak perlu sembuh, kamu nggak sakit," kata Rita.

Rita berujar, penguatan nilai-nilai agama menjadi salah satu pendorong untuk mengembalikan LGBT kembali fitrah. Ia menceritakan, ada salah seorang gay dari Malang yang akhirnya sembuh dengan dorongan agama.

Baca juga, Ini Pernyataan Manny Pacquiao yang Membuat Kelompok LGBT Marah

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement