REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- TNI diminta menunda pengadaan lanjutan pesawat Super Tucano hingga keluarnya hasil evaluasi terkait kecelakaan pesawat buatan Brazil tersebut di Malang.
Hal itu disampaikan anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin mengingat akan adanya empat Super Tucano yang datang akhir bulan ini. Yakni untuk melengkapi Skuadron 21 Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, yang sudah memiliki 12 Super Tucano. Satu di antaranya adalah yang jatuh di Malang, Jawa Timur, kemarin.
"Sebaiknya ditunda dulu sampai ada hasil evaluasi, apakah kecelakaan kemarin human error atau faktor lain dari pesawatnya," ujar Zainuddin dalam keterangan persnya kepada wartawan, Kamis (11/2).
Zainuddin mengatakan, pemerintah tidak perlu terburu-buru membatalkan pembelian pesawat Super Tucano yang menjadi bagian dari program pengadaan alutsista berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Minimum Essential Force (MEF). Menurutnya, TNI tentu lebih mengetahui kebutuhan dasar untuk kekuatan pertahanan nasional.
Meski begitu, politisi PKS tersebut meminta seluruh pembelian pesawat tempur dan pesawat latih, khususnya yang berasal dari perusahaan dan negara pendatang baru dalam pembuatan pesawat, harus tetap dievaluasi. Sehingga, jika hasil evaluasi insiden Malang ditemukan kesalahan sistem pesawat yang berasal dari produsen itu, naka pembelian Super Tucano harus dibatalkan.
"Pesawat Super Tucano yang masih di hanggar dicek ulang semua. Sistem maintenance juga sebaiknya perlu dievaluasi, karena ini pesawat baru," katanya.
Pesawat Super Tucano TT-3108 jatuh di pemukiman warga, Malang, Jawa Timur, Rabu (10/2). Empat orang meninggal dunia yakni dua orang awak pesawat dan dua warga sipil.
Pesawat buatan 2003 itu menjadi salah satu bagian dalam pengadaan pesawat Super Tucano yang kontraknya diteken pada 2010 silam. Dari 16 pesawat yang dipesan, pemerintah Indonesia, khususnya TNI AU, baru menerima 12 unit pesawat.