REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) memiliki kemampuan untuk membantu pemerintah melakukan perubahan bangsa. Hal ini dapat dilakukan dengan menggerakkan dan mendorong para intelektual yang memiliki kemampuan dan pengaruh yang besar.
"ICMI dengan kemampuan seperti ini maka punya kemampuan untuk perubahan besar bangsa. Perubahan tentu pada akhirnya ialah berinovasi bekerja, berusaha, bekerja, berikhtiar dan segala langkah yang perlu untuk itu," kata JK dalam Rakernas Majelis Pengurus Pusat ICMI periode 2015-2020 di Jakarta, Rabu (10/2).
Untuk melakukan perubahan bangsa, JK juga mengimbau agar ICMI tak mengambil wilayah organisasi Islam lain seperti NU dan Muhammadiyah yang bekerja di sektor bawah. Sumbangsih ICMI dapat dilakukan dengan mendorong para cendekiawan untuk bekerja demi kemajuan bangsa.
Terlebih, sambung JK, para pengurus ICMI terdiri dari berbagai macam profesi, seperti ahli hukum, keuangan, dll. Sebab itu, ia menekankan pentingnya melakukan pekerjaan dan tugas di masing-masing bidang.
"Bagaimana melaksanakan itu? Tentu tidak bisa dengan hanya rakernas dan muktamar, tapi kita bagaimana mempunyai tekad bekerja di profesi masing-masing, tugas kita," ujar JK.
Lebih lanjut, Indonesia yang menghadapi berbagai tantangan pun membutuhkan para intelektual dari berbagai profesi untuk berjuang bersama mencapai kemajuan bangsa. Saat ini, JK menyebut Indonesia menghadapi bahaya kesenjangan ekonomi.
Ia mengatakan satu persen warga Indonesia menguasai 50 persen kekayaan Indonesia. Karena itu, ia mendorong agar seluruh elemen masyarakat dapat bekerja meningkatkan kesejahteraan bersama, sehingga memperkecil adanya kesenjangan ekonomi.
"Karena apabila bangsa ini maju, berarti 88 persen umat ini maju. Memajukan yang kurang maju," tambah dia.