Rabu 10 Feb 2016 06:08 WIB

'Indonesia Kini Bukan Lagi Negara Tujuan Industri'

 Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo.
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kejayaan Indonesia di Asia, khususnya bidang ekonomi diprediksi tidak berlangsung lama. Tidak adanya peningkatan untuk membangun ekosistem investasi membuat Indonesia tertinggal dengan negara lain. Itu terlihat dari kegiatan industri di Indonesia yang banyak berpindah ke negara lain.

Ketua Umum Partai Perindo, Hary Tanoesoedibjo alias HT, mengatakan, sekarang ini, Indonesia belum bisa mengandalkan perekonomian dari basis industri. Sebab, Indonesia sudah sedikit terlambat dalam membangun sektor industri sebagai penopang perekonomian nasional. Keterlambatan itu mengakibatkan Indonesia mengalami pergeseran dari sebelumnya negara produksi kini menjadi konsumsi.

"Pemerintah kala itu tidak membangun ekosistem yang lengkap. Itu mulai dari pendidikan, infrastruktur, dan energi,"  kata HT dalam kuliah umum di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, dalam siaran pers, Selasa (9/2).

Kelemahan Indonesia itu kemudian dimanfaatkan negara-negara lain, seperti Cina, Korea, Malaysia, Taiwan, kemudian Vietnam yang juga menyusul, ramai-ramai membangun ekosistem dengan yang lebih lengkap. Alhasil, Indonesia kini tidak lagi menjadi negara tujuan industri.

"Industri kemudian mulai bergerser. Dari semula di Indonesia, lalu banyak yang pindah ke negara lain yang lebih lengkap ekosistem investasinya," tuturnya.

Karena itu, kata HT, Indonesia yang dulu dijuluki sebagai Macan Asia, memiliki nilai ekspor luar biasa besar dan sangat kompetitif dengan negara lain, kini justru sebaliknya. Indonesia kini kerap tergantung dengan barang impor, terutama menyangkut hal yang strategis seperti pangan dan energi.

Padahal, lanjut dia, adanya industri mampu menciptakan tenaga kerja. Terlebih untuk ukuran Indonesia yang memiliki bonus demografi atau pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat pesat, tentunya akan sangat banyak membutuhkan lapangan kerja bagi masyarakatnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement