Selasa 09 Feb 2016 17:20 WIB

Banjir Besar, Warga Pangkalpinang Mengungsi ke Masjid

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Ani Nursalikah
 Warga membawa barang miliknya melintasi banjir ketika akan mengungsi ke tempat yang lebih aman.  (Antara/Fiqman Sunandar)
Warga membawa barang miliknya melintasi banjir ketika akan mengungsi ke tempat yang lebih aman. (Antara/Fiqman Sunandar)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Hujan yang mengguyur Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel) selama dua hari dua malam, sejak Ahad (7/2) malam hingga Selasa (9/2) petang, menimbulkan banjir setinggi pinggang orang dewasa.

Warga terpaksa mengungsi ke tempat tinggi khawatir banjir masih akan meninggi karena hujan masih turun deras. Keterangan yang diperoleh Republika.co.id dari warga Kota Pangkalpinang, Selasa (9/2) petang, banjir di kotanya setinggi pinggang orang dewasa untuk pertama kalinya dalam sejarah Pulau Bangka. Warga sudah mengungsi dengan membawa perabotan rumah tangga saat air sudah setinggi betis orang dewasa.

(Baca: Pangkalpinang Hampir Lumpuh Diterjang Banjir)

 

“Tinggal saya sendiri belum mengungsi, tapi saya sudah siap kalau air terus tinggi,” kata Juli Isnadi, warga Jalan RE Martadinata Gang III RT 02 Kelurahan Opasinda, Kecamatan Taman Sari Kota Pangkal Pinang, Babel saat dihubungi, Selasa (9/2).

 

Warga kampung, Isnadi sudah meninggalkan rumahnya sejak Senin siang, dan memilih menginap di masjid-masjid dan sebagian lagi mengungsi ke rumah wali kota Pangkalpinang. “Banyak yang mengungsi ke Masjid Aulia dan rumah wali kota. Takut banjir makin tinggi,” ujar bapak satu anak ini.

 

Ia menuturkan banjir di kampung lainnya sudah setinggi atap rumah warga. Warga tersebut sudah menyelamatkan diri pergi ke tanah tinggi. Banjir juga melanda kawasan pusat kota Pangkalpinang, seperti di Jalan Jenderal Sudirman. Semua aliran listrik padam sejak dua hari lalu, aktivitas warga terganggu, namun sebagian pegawai negeri sipil (PNS) dan pedagang masih berjualan pada Selasa (9/2).

 

Menurut dia, banjir kali ini terbesar sepanjang sejarah kota Pangkalpinang. Hujan yang turun dua hari dua malam, membuat waduk atau dikenal pintu air di kota tersebut meluap. Sedangkan air laut di sekitar pulau juga sudah menaik ke daratan. “Air laut pasang, jadi air dari daratan tidak bisa mengalir ke laut,” ujarnya.

 

Hingga Selasa (9/2) petang, warga masih mengungsi di Masjid Aulia dan rumah wali kota Pangkalpinang. Sejumlah pihak memberikan bantuan sandang dan pangan untuk pengungsi. Pengungsi masih belum berniat kembali ke rumahnya yang sudah terendam banjir, karena khawatir hujan masih turun pada malam hari sehingga kesulitan untuk keluar rumah.

 

“Barang-barang dan surat berharga saya dan keluarga sudah di mobil, jadi kalau banjir terus tinggi langsung pergi mengungsi,” kata lelaki asal Palembang tersebut.

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement