REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatra Selatan kembali mengingatkan pemerintah daerah selalu siaga menghadapi bencana ekologis.
"Beberapa bencana ekologis sudah terjadi selama hampir dua bulan terakhir," ujar Manager Desk Disaster WALHI Sumsel Dino Mathius dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Selasa (9/2).
Bencana tersebut misalnya banjir yang terjadi di enam kecamatan di Kabupaten Lahat. Salah satunya terjadi di Desa Gunung Kembang pada 23 Januari 2016, dimana setidaknya 150 kepala keluarga (KK).
Saat itu, empat rumah hanyut dan 15 rumah rusak parah, serta sisanya terendam air setinggi lebih dari 3 meter. Pada waktu bersamaan terjadi banjir di Kota Muara Dua Kabupaten Oku Selatan, Muara Enim dan Tanjung Enim serta di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Saat ini banjir terjadi di lebih dari empat desa di Kabupaten Musi Banyuasin, diantaranya Desa Ulak Embacang, Desa Air Balui SP 1, SP 2 dan SP 3 yang berada di Kecamatan Sanga Desa.
Tidak hanya itu, ada empat kecamatan di Musi Banyuasin yang berpotensi banjir seperti di Kecamatan Sekayu, Babat Toman, Sei Lais dan Lawang Wetan.
Di Kabupaten Empat Lawang ada tiga kecamatan yang juga mengalami banjir diantaranya Kecamatan Pendopo Barat, Kecamatan Sikap Dalam dan Kecamatan Tebing Tinggi yang merendam ratusan rumah warga serta hancurnya dua jembatan gantung yang berada di Desa Linggae dan Desa Baturaja Baru.
Di Kabupaten OKI, banjir yang terjadi di Kecamatan Air Sugihan merupakan salah satu penyebab gagalnya panen padi milik masyarakat.
Sebelumnya pada saat musim kemarau pun gagal panen terjadi akibat kekeringan. Dalam dokumen peraturan daerah rencana tata ruang wilayah (RTRW) Sumsel sebelumnya, wilayah-wilayah tersebut merupakan daerah yang sangat rawan terhadap banjir, diantaranya banyak yang masuk dalam kategori berat.
"Dengan demikian bagaimana sistem pengendalian yang selama ini dilakukan, mengapa bencana tersebut kerap menyisakan kerugian kepada masyarakat," ujarnya.