REPUBLIKA.CO.ID, MUSI BANYUASIN -- Luapan sungai Musi dan sungai Rawas di kabupaten Musi Banyuasin Sumsel, yang terjadi pertengahan Januadi 2016 sempat memporakporandakan unit pemukiman transmigrasi SP 1, SP2 di desa Air Balui dan terparah melanda SP 3 di desa Jud Nganti.
"Dari kompor hingga buku-buku sekolah anak-anak kami hanyut tersapu banjir," ujar Aris susanto, warga SP3, dalam siaran pers, Jumat (5/2).
Ketinggian air dari luapan kedua sungai itu bahkan melebihi 2 meter. Banjir tersebut merupakan banjir tahunan periode 4 hingga 5 tahunan.
Kementerian Desa PDTT bersama seluruh jajaran Disnakertrans Kabupaten Musi Banyuasin dan aparat pemda setempat bergerak cepat menangani musibah yang sempat mentelantarkan 890-an KK warga transmigrasi.
"Melalui Ditjen Pengembangan Kawasan Transmigrasi, telah disalurkan bantuan berupa beras dan non beras, seperti susu, selimut, obat-obatan dan lain-lain selama 3 bulan ke depan," ujar Direktur Pengembangan Sosial Budaya Kemendes PDTT, Arif Pribadi, saat menyerahkan bantuan secara simbolik kepada warga terdampak Banjir di desa Air Balui, Jumat (5/2).
Hadirr dalam kesempatan itu Kasubdit Pangan dan Kesehatan serta Kabid Mental, Spiritual dan Seni Budaya dari dari Ditjen Pengembangan Kawasan Transmigrasi Kemendes PDTT didampingi oleh unsur Disnakertrans provinsi Sumatera Selatan dan kabupaten Musi Banyuasin, serta camat Sanga Desa. Bantuan lain dalam bentuk perbaikan pra saranapra dan sarana pun segera digelontorkan.
Ini merupakan simbol kehadiran negara di tengah masyarakat, sebagaimana termaktub dalam salah satu Nawa Kerja kemendes PDTT.
Dalam musibah banjir tersebut tidak ada korban jiwa. Namun sempat merenggut hasil pertanian siap panen dan merusak lahan sawit warga. Hingga berita ini diturunkan warga terdampak banjir masih mengungsi di penampungan maupun ditampung oleh sanak famili.
[removed][removed]